Selamat Datang di Blog Kami. Blog ini meyediakan berbagai macam informasi seputar Madura dalam bentuk media online yang memuat: Madura Zone, Artikel, Pendidikan, Budaya, Pariwisata, Kuliner, Berita, Dan lain-lain. Selamat berkunjung di blog kami!!!

Kerapan Sapi MADURA beserta Ritual Pelaksanaan dalam Lomba dan Nilai-nilai yang ada dalam Kerapan Sapi

---
---
Siapa yang tidak kenal dengan kebudayaan yang satu ini, namanya adalah Kerapan Sapi. Kerapan Sapi adalah kebudayaan yang ada di Madura Jawa Timur Indonesia. kebudayaan ini dikenal sampai ke Manca Negara, terbukti saat diadakannya Lomba Kerapan Sapi ini banyak touris yang berdatangan ke Madura hanya untuk menonton salah satu kebudayaan madura ini. lantas bagaimana detailnya tentang kerapan sapi itu? kami menyajikannya dalam bentuk karya tulis makalah yang bertemakan kerapan sapi madura beserta ritual pelaksanaan dalam lomba serta nilai-nilai menurut agama islam. semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. selamat membaca.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Kebudayan merupakan pengetahuan yang dimiliki manusia selaku makhluk sosial atau pedoman bagi kehidupan manusia yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat tertentu. Isinya perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan yang dihadapi serta mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan masyarakatnya sendiri.
INTERAKSI Islam dan budaya lokal adalah sebagai upaya untuk melihat hubungan dinamis antara Islam dengan berbagai nilai dan konsep kehidupan yang dipelihara dan diwarisi serta dipandang sebagai pedoman hidup oleh masyarakat terkait. Pedoman hidup dimaksud juga mencakup tradisi yang diwarisi dari generasi ke generasi yang hingga kini      fenomenanya   masih   tampak.
Interaksi sebagai hubungan dinamis yang terjadi antara elemen (budaya ) secara teoritis dapat bergerak diantara kutub” ekstrim”. Yaitu konflik dan intergrasi. Konflik dapat melahirkan penolakan meski tidak selalu demikian. Oleh karena itu, baik konflik yang dapat melahirkan penolakan maupun integrasi sebagai proses sesuai menyesuaikan tidak pernah dapat berjalan secara sempurna. Dengan kata lain, dalam pertemuan dua budaya yang berbeda tidak semua unsur budaya yang masuk tertolak secara keseluruhan dan juga tidak dapat terintegrasi secara penuh. Di antara dua kutub tersebut dapat terjadi proses tarik menarik yang dapat mendorong terjadinya kompromitas. Yaitu adaptasi/akomodasi  maupun asimilasi.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana proses pelaksanaan kerapan sapi?
2.      Ritual apa saja yang dilakukan sebelum pelaksanaan lomba kerapan sapi?
3.      Nilai-nilai apa saja yang ada dalam kerapan sapi dan bagaimana kolerasinya dengan agama islam ?
4.      Bagaimana pandangan ulama’ terhadap tradisi kerapan sapi?

C.    TUJUAN
1.      Untuk lebih memahami hakikat realitas budaya kita (Madura)
2.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah islam dan budaya madura

BAB II
PEMBAHASAN

A.    SEKILAS TENTANG KERAPAN SAPI
Kerapan Sapi merupakan salah satu budaya yang tidak asing lagi di telinga orang Indonesia. Karapan Sapi merupakan budaya asli dari tanah Madura yang sudah dikenal sejak abad ke-14 M. Pada zaman dahulu sapi merupakan satu-satunya alat Transportasi tercepat yang ada di Madura dan banyak digunakan oleh masyarakat , khususnya masyarakat elit atau kerajaan. Karapan Sapi ini merupakan salah satu contoh budaya dan hiburan bagi masyarakat Madura yang telah turun temurun dilaksanakan.
kerapan sapi merupakan sebuah istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit.
Karapan sapi sendiri menurut masyarakat Madura adalah adu balap sapi jantan menggunakan kaleles. Kaleles disini merupakan sarana pelengkap untuk dinaiki joki/sais yang menurut istilah Madura disebut tukang tongkok. Sapi-sapi jantan yang akan dipacu dipertautkan dengan pangonong pada leher-lehernya sehingga menjadi satu pasangan. Untuk pasangan sapi kerrap yang berada di sebelah kanan disebut pangluar dan yang sebelah kiri disebut pangdelem. sedangkan orang yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas disebut tukang tambeng. Tukang Getak merupakan orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba dapat melesat dengan cepat. Tukang Tonja merupakan orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi saat perlombaan. Tukang Gubra adalah anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi kerrap.Karapan Sapi tidak serta merta ada di Madura. Ada beberapa versi tentang asal usul Karapan Sapi ini. Versi pertama mengatakan bahwa karapan sapi telah ada di Madura sejak abad ke-14. Waktu itu karapan sapi digunakan untuk menyebarkan agama islam oleh seorang Kyai yang bernama Pratanu. Versi yang lain juga mengatakan bahwa karapan sapi diciptakan oleh Adi Poday, yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad ke-14. Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di bidang pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu menjadi maju. Salah satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan pertanian yang diajarkan oleh Adi Poday adalah dengan menggunakan sapi. Sehingga lama-kelamaan karena banyaknya petani yang menggunakan sapi untuk membajak sawahnya secara bersamaan, maka timbullah niat para petani untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Dan, akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga lomba adu cepat yang hingga saat ini disebut kerapan sapi.
Karapan Sapi dan Sapi Kerap merupakan dua hal yang berbeda. Orang Madura memberi perbedaan antara Karapan sapi dan Sapi kerrap ini. Karapan sapi adalah sebuah even adu pacu sapi jantan dalam keadaan bergerak, berlari dan dinamis. Sedangkan Sapi kerrap adalah sebutan untuk sapi jantan yang diperlombakan itu sendiri, baik satu sapi maupun lebih. Adanya perbedaan ini adalah untuk membedakan antara sapi kerrap dengan Sapi Biasa serta Sapi Sono.

B.     RITUAL YANG DILAKUKAN SEBELUM PELAKSANAAN LOMBA
1)      Sebelum dimulai alat-alat yang harus disiapkan diantaranya : kaleles, pangonong, tali pengikat, joki/sais, cambuk, kalung, selendang, air, ember (tempat jamu) serta saronen (alat musik tiup madura) dengan jumlah sembilan orang menggunakan pakaian adat madura.
2)      Sebelum lomba dimulai, sapi-sapi ini akan di warm up atau pemanasan terlebih dahulu dengan mengelilingi lapangan yang diiringi oleh saronen, gendang, kelenong dan sebagainya sambil ngijung dan menari (penari remaja).
3)      Beberapa menit sebelum dimulai, sapi kerrap tersebut dimandikan kemudian di olesi dengan spiritus yang sudah dicampur balsem dan jahe yang sudah ditumbuk halus. Selain itu sapi juga diberi minuman seperti obat kuat ,ramuan dan jamu rahasia lainnya agar sapi-sapi ini bisa berlari kencang dan kuat. Kaki-kakinya pun dipijat supaya tidak tegang saat perlombaan.
4)      Selain sapi kerrap, pemilik sapi juga melakukan ritual khusus untuk menjaga sang sapi agar bisa memenangkan lomba. Karena pemilik sapi berkeyakinan dengan ritual tersebut dapat membebaskan sapi dari serangan gaib pihak lawannya sehingga perlombaan dapat dilakukan dengan kekuatan sebenarnya. Namun ada juga yang beranggapan ritual pemilik sapi juga dapat menambah kekuatan dari sapinya.
5)      Anehnya para pemilik sapi ini merasa bahwa hadiah yang dimenangkan nanti bukanlah tujuan utamanya. Melainkan kepuasaan dan gengsi yang didapat apabila memenangkan perlombaan karapan sapi ini. Selain itu juga bisa meningkatkan nilai jual sapi yang menjadi juara karapan sapi ini.
6)      Selain sapi yang merupakan faktor utama untuk memenangkan karapan sapi, joki/sais yang biasa disebut tukang tongko juga sangat penting posisinya. Selain bertugas mengarahkan lari sapi-sapi jantan yang melaju kencang, joki juga harus bisa memegang kendali dari garis start, menapakkan dan menyelipkan kaki diantara kayu (kaleles) yang ditarik oleh sapi itu sendiri. Keterampilan lainnya adalah kemampuannya untuk melepas tali kekang dan meraih kayu yang melintang pada kepala sapi apabila telah tiba pada garis finish. Hal ini dimaksudkan agar sapi dapat berhenti dan tidak lagi berlari dengan liar.

C.    NILAI-NILAI DAN KOLERASI ISLAM DALAM BUDAYA KERAPAN SAPI
Karapan Sapi Secara tidak langsung tersirat beberapa nilai-nilai moral yang terkandung diantaranya.
a)      Nilai kerja keras
tercermin dalam proses pemilihan dan pelatihan sapi sehingga menjadikan sapi kerrap itu kuat dan tangkas. Untuk menjadikan seekor sapi seperti itu tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kerja keras agar bisa menjadi juara.
b)      Nilai kerja sama
Tercermin dalam proses permainan atau perlombaan karapan itu sendiri. Yang mana semua elemen baik pemilik sapi, dan beberapa anggota lainnya saling bekerja sama agar tercipta sebuah keharmonisan antara sapi, joki dan anggota lainnya.
c)      Nilai persaingan
Tercermin dalam proses selama dalam arena karapan sapi. Persaingan menurut Koentjaranigrat (2003: 187) adalah usaha-usaha yang bertujuan utnuk melebihi usaha orang lain. Dalam konteks ini para peserta permainan karapan sapi berusaha sedemikian rupa agar sapi kerrap-nya bisa berlari cepat dan mengalahkan lainnya.
d)     Nilai ketertiban
Tercermin dalam proses permainan karapa sapi itu sendiri. Permainan apa saja termasuk karapan sapi ketertiban sangat diperlukan oleh seluruh peserta dan dengan sabar untuk menunggu giliran sapi-sapinya untuk diperlagakan. Begitupun dengan penonton juga mematuhi aturan-aturan yang berlaku agar perlombaan berjalan lancar dan aman.

e)      Nilai Sportivitas
tercermin tidak hany dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.
Menurut pandangan islam, Karapan Sapi yang awalnya dulu digunakan untuk menyebarkan agama islam oleh seorang kyai, Kini disalahgunakan bahkan harus menyakiti dan melukai sapi yang digunakan untuk karapan ini. Segala cara dilakukan agar sapi yang dijagokan dapat memenangkan Karapan. Sedangkan dalam islam penyiksaan terhadap hewan merupakan larangan keras bahkan bisa disebut haram untuk dilakukan. hukum syariat islam dalam Sabda Rasulullah SAW telah memerintahkan pada Ar-Rifqu Bil Hayawan agar tetap melarang karapan sapi ini bila masih menggunakan kekerasan dan penyiksaan terhadap sapi-sapinya. Namun terdapat istilah dalam islam yaitu al-adatu muhakkamatun (adat kebiasaan itu bisa dijadikan hukum) yang secara tidak langsung memperbolehkan even karapan sapi ini.
D.    PANDANGAN ULAMA’ TENTANG BUDAYA KERAPAN SAPI
Kerapan Sapi adalah kebudayaan rakyat Madura mulai dari ujung paling timur, Sumenep, hingga paling barat, Bangkalan, yang cara mainnya hampir sama dengan pacu kuda. Namun diantara keduanya (Kerapan Sapi dan pacu kuda) ada perbedaan yang sangat signifikan. Kalau pacu kuda hanya ditunggangi dan dicemeti agar larinya bisa cepat dan menang ketika lomba, namun kalau Kerapan Sapi, dua pasang sapi-yang dikendarai oleh seorang anak kecil seumuran belasan tahun yang dipacu dan diadu dengan sepasang sapi lain-ditusuk pantatnya dengan penusuk tajam. Dan bahkan sebelum aba-aba start, masing-masing di sekitar mata sapi yang akan dipacu itu, diolesin bahan apa saja yang panas, seperti cabai, dan lain-lain. Nah cara itulah sebenarnya yang dianggap oleh mayoritas para ulama sebagai kekerasan atas hewan. Dengan demikian, kemudian para ulama sepakat bahwa Kerapan Sapi merupakan kebudayaan yang tidak di-halal-kan (meminjam istilah yang sering dipakai MUI) dalam Islam.
Kerapan sapi menurut pandangan ulama’ atau para kiyai dianggap bertentangan dengan ajaran Islam karena pandangan mayoritas pemuka agama Islam, Kerapan Sapi  merupakan suatu kebudayaan yang sangat dilarang dalam Islam. Karena dianggap terdapat unsur penyiksaan terhadap hewan-yakni sapi sebagai hewan yang di-kerap dan dipacu.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.   Kerapan sapi merupakan adu balap sapi jantan yang dikendalikan oleh joki dan sapi tersebut dipertautkan dengan pangonong
2.   Sebelum dimulai perlombaan harus mempersiapkan alat-alat yang akan dibutuhkan dan Sebelum lomba dimulai, sapi-sapi ini akan melakukan pemanasan terlebih dahulu dengan mengelilingi lapangan yang diiringi oleh saronen.Selain sapi kerrap, pemilik sapi juga melakukan ritual khusus untuk menjaga sang sapi agar bisa memenangkan lomba. Karena pemilik sapi berkeyakinan dengan ritual tersebut dapat membebaskan sapi dari serangan gaib pihak lawannya.
3.   Nilai kerja keras,nilai kerja sama,nilai persaingan,nilai ketertiban dan nilai suportivitas
4.   Ulama’ menganggap kerapan sapi ini sebuah penyiksaan pada hewan karena sebelum perlombaan ini dimulai pantat sapi itu dilukai dengan benda-benda tajam dan matanya diolesi cabe atau balsem.
B.     SARAN-SARAN
Dalam Penulisan dan pembutan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami (penulis) butuh saran dan kritik yang konstruktif agar penulis dapat lebih baik dalam penyusunan makalah selanjutnya.

  
DAFTAR PUSTAKA



Subarianto,Andang,2004,tantangan industrialisasi Madura,Malang:Banyumedia publishing,
http://www.pulau-madura.com/?menu=profil%5D
Irwan.Abdullah,2006.konstruksi dan reproduksi kebudayaan,Yogyakarta:Pustaka pelajar

http://kabarmadura.blogspot.com/2007/04/s

Kerapan Sapi Budaya Asli Madura

---
Tag : budaya
0 Komentar untuk "Kerapan Sapi MADURA beserta Ritual Pelaksanaan dalam Lomba dan Nilai-nilai yang ada dalam Kerapan Sapi"

Back To Top