Selamat Datang di Blog Kami. Blog ini meyediakan berbagai macam informasi seputar Madura dalam bentuk media online yang memuat: Madura Zone, Artikel, Pendidikan, Budaya, Pariwisata, Kuliner, Berita, Dan lain-lain. Selamat berkunjung di blog kami!!!

Pengertian Pesantren, Karakteristik Pondok Pesantren, Sistem Pendidikan Pesantren, Tujuan Pesantren, Peran Pesantren dalam Pemberdayaan Umat

---
---

Sebuah pondok pesantren di Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Dunia pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam dimana didalamnya belajar ilmu agama. Seperti kitab-kitab kalasik, dan kitab-kitab syariat lainnya. Dan pada perkembangannya pondok pesantren mengalami kemajuan yang tidak hanya berkutat pada pengkajian agama atau kitab-kitab klasik, Melaikan pengajaran tentang ilmu-ilmu pengetahuan umum modern yang sudah diperkenalkan termasuk teknologi.
Adanya berbagai macam bidang kemajuan keilmuan yang diadopsi oleh pesantren tetap menjadi perhatian dan pengawasan pesantren, karena hal ini perlu dilakukan oleh pesantren untuk mengantisipasi adanya masalah, utamanya dalam menyaring dampak negatif keilmuan-keilmuan modern yang akan merusak citra pondok pesantren itu sendiri, sehingga pemprogramannyapun dibatasi dan hanya sebagai kepentingan tertentu saja.
Sehubungan dengan hal tersebut pondok pesantren tidak hanya sebagai wadah pengkajian ilmu agama islam melainkan juga sebagai wahana pemberdaya umat. hal ini dikarenakan kemajuan pondok pesantren dari masa ke masa, Seperti yang kita ketahui bersama bahwa visi dan misi pondok pesantren bukanlah rahasia publik akan tetapi fungsi maupun peran pesantren memanglah benar sebagai pemberdaya umat baik dari berbagai bidang seperti; syi’ar keagamaan (dakwah) pengkajian kitab, sejarah, seni budaya, ilmu pengatahuan alam, astronomi, teknologi, olahraga, politik, bidang ekonomi, dan lain sebagainya.
Secara kasat mata ada timbal balik antara pondok pesantren dan masyarakat (umat) tidak bisa dipisahkan karena keduanya adalah dua sisi yang bersinambungan, olek karena itu penyusun akan menguraikan peran pondok pesantren dalam pemberdayaan umat. Dengan latar belakang diatas serta rumusan masalah yang diambil diharapkan menjadikan titik temu bukti terhadap adanya judul makalah diatas.


B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan judul makalah yang kami susun ini , maka dalam makalah ini kami akan membahas tentang pesantren dan pemberdaya umat dengan rumusan masalah:
1.      Apa pengertian pesantren?
2.      Seperti apa karakteristik pondok pesantren?
3.      Bagaimana Sistem pendidikan di pesantren?
4.      Apa tujuan pesantren?
5.      Apa  peran pondok pesantren dalam pengembangan masyarakat ?
6.      Pemberdayaan umat?

C.      Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian pesantren
2.      Untuk mengetahui karakteristik pondok pesantren
3.      Untuk megetahui system pendidikan di pesantren
4.      Untuk mengetahui tujuan pesantren
5.      Untuk mengetahui Peran pondok pesantren dalam pengembangan masyarakat
6.      Untuk mengetahui Pemberdayaan umat



BAB II
PEMBAHASAN

Sebelum memasuki pembahasan dari makalah ini perlu kiranya kita mengatahui kata kunci yang perlu kita ketahui yakni; Pondok Pesantren dan Pemberdaya Umat. Untuk itu dibawah ini akan dijelaskan secara sistematis.

A.      Pengertian Pondok Pesantren
Sebagai bentuk perbandingan kami cantumkan beberapa pendapat tentang pengertian pondok pesantren, antara lain sebagai Berikut:
1.      pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya (Zamahsyari Dhofir, 1982: 18)[1]
2.      pesantren merupakan lembaga dan wahana agama sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji” ilmu agama islam. Pondok pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, sebab keberadaannya mulai dikenal pada periode abad ke 13-17 M, dan di jawa pada abad ke 15-16 M.[2]
3.      Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatandan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren. Tempat dimana para santri menetap, di lingkungan pesantren, disebut dengan istilah pondok. Dari snilah timbul istilah pondok pesantren.[3]
4.      Pesantren merupakan subkultur pendidikan di Indonesia sehingga dalam menghadapi pembaharuan akan memberikan warna yang unik.[4]
Dari beberapa pendapat diatas tidak dijumpai perbedaan dengan kata lain pandangan tokoh-tokoh terhadap pondol pesantren memiliki kesamaan yang mana persamaan ini merujuk pada pendidikan agama islam yang berciri khas pengajian kitab kuning, pengajian syariat islam, dan ilmu agama.
Dalam penjelasan lain disebutkan Pesantren adalah tempat para santri belajar ilmu agama islam. Kata pesantren berasal dari kata “santri” yang  artinya murid yang belajar ilmu agama islam. Disebut pesantrian atau pesantren karena seluruh murid yang belajar atau thalabul ilmi di pesantren disebut dengan istilah santri. Tidak dikenal dengan sebutan siswa atau murid. Sebutan santri merupakan konsep yang sudah baku, meskipun maknanya sama dengan siswa, murid, atau anak didik.
Adapun dalam arti yang sempit, santri adalah seorang pelajar sekolah agama. yang bermukim di suatu tempat yang disebut pondok atau pesantren. Sedangkan dalam arti yang luas dan yang lebih umum, santri mengacu pada identitas seseorang sebagai bagian dari bebagai komunitas penduduk jawa yang menganut islam secara konsekuen yang sembahyang dan pergi ke masjid jika hari jum’at dan sebagainnya.
Di indonesia pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah lama dikenal sejak zaman kolonial, umur pesantren sudah sangat tua dan tidak pernah lekang diterpa oleh perubahan zaman.[5] meskipun pada saat ini banyak budaya dan tradisi yang masuk ke Indonesia khususnya di sector pendidikan hal tersebut tidak menjadikan pesantren stagnaan terutama di Madura yang  eksistensi pondok pesantren tetap kokoh  hal itu dikarenakan masyarakat Madura memiliki doktrin keagamaan yang cukup besar, atau diidentik dengan keagamaan (Agamis). Namun perubahan zaman sedikit banyak berpengaruh terhadap penyelenggaraannya pendidikan pesantren. Sehingga muncul istilah  pondok pesantren modern Semakin lama, pesantren mengalami kemodernan dan jumlahnyapun semakin banyak.
Modernisasi telah merambah ke berbagai bidang kehidupan umat manusia termasuk pesantren. Modernisasi yang terjadi dan terlaksana di dunia pesantren memiliki karakteristik tersendiri. Keunikan pesantren terletak pada kealotan dan kuatnya proses tarik menarik antara  sifat dasar tradisional dengan potensi dasar modernisasi yang progresif dan senantiasa berubah. Pesantren juga mempertahankan kesopanan (tatakrama) yang baik bagi para santrinya dan menjadi hal yang paling utama dan sudah menjadi ciri khas di berbagai pesantren yang ada di Indonesia khususnya di Madura.

B.       Karakteristik Pondok Pesantren
Pondok pesantren memiliki karakteristik yang pada umumnya pondok pesantren memiliki tempat-tempat belajar yang saling berdekatan sehingga memudahkan para santri untuk melangsungkan proses pembelajaran, diantara tempat itu berupa madrasah sebagai tempat pembelajaran, asrama sebagai tempat tinggal santri yang mondok, masjid sebagai tempat ibadah para penghuni pesantren dan juga sebagai pusat belajar para santri, perpustakaan sebagai tempat peminjaman berbagai kitab dan buku-buku pelajaran, rumah tempat tinggal kyai, ustadz dan ustadzah, dapur umum yang digunakan sebagai tempat memasak untuk para santri, dan tempat pemandian para santri.
Ada beberapa karakteristik pesantren secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Pondok pesantren tidak menggunakan batasan umur bagi santri-santri.
2.      Sebagai sentral peribadatan dan pendidikan islam.
3.      Pengajaran kitab-kitab islam klasik.
4.      Santri sebagai peserta didik. Dan
5.      Kyai sebagai pemimpin dan pengajar di pesantren.



C.      Sistem Pendidikan di Pesantren
Sistem pendidikan pondok pesantren dapat diartikan serangkaian komponen pendidikan dan pengajaran yang saling berkaitan yang menunjang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh pondok pesantren.
Pondok pesantren tidak mempunyai rumusan yang baku tentang sistem pendidikan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi semua pendidikan di pondok pesantren. Hal ini disebabkan karakteristik pondok pesantren sangat bersifat personal dan sangat tergantung pada Kiai pendiri. Pondok pesantren mempunyai tujuan keagamaan, sesuai dengan pribadi dari Kiai pendiri. Sedangkan metode mengajar dan kitab yang diajarkan kepada santri ditentukan sejauh mana kualitas ilmu pengetahuan Kiai dan dipraktekkan sehari-hari dalam kehidupan. Kebiasaan mendirikan pondok pesantren dipengaruhi oleh pengalaman pribadi Kiai semasa belajar di pondok pesantren.
Amin Rais, mengemukakan bahwa dalam mekanisme kerjanya, sistem yang ditampilkan pondok pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya, yaitu:[6]
1.      Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dan Kiai.
2.      Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problema nonkurikuler mereka.
3.      Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya untuk masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut.
4.      Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian diri.
5.      Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.



D.      Tujuan Pesantren
Eksistensi pesantren mutlak memiliki tujuan, tujuan pesantren tentu tidak akan lepas dari kesinambungan visi dan misi pesantren itu sendiri, karena adanya pesantrenpun didasari oleh tujuan. Sehubungan dengan hal itu dapat dibedakan tujuan umum dan khusus didalam pesantren atau bisa dikatakan tujuan pesantren yang secara luas dan sempit, tujuan pesantren secara umum/ luas ini merupakan tujuan yang memang dimiliki oleh pluralitas pesantren dalam suatu wilayah, sedangkan tujuan pesantren yang secara sempit/khusus merupakan tujuan yang dimiliki oleh satu pesantren tertentu.
Tujuan institusional pesantren yang lebih luas dengan tetap mempertahankan hakikatnya dan diharapkan menjadi tujuan pesantren secara nasional pernah diputuskan dalam Musyawarah/Lokakarya Intensifikasi Pengembangan Pondok Pesantren di Jakarta yang berlangsung pada 2 s/d 6 Mei 1978: “Tujuan umum pesantren adalah membina warga negara agar berkepribadian Muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara”.
Adapun tujuan khusus pesantren adalah sebagai berikut:[7]
1.        Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang Muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.
2.        Mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia Muslim selaku kader-kader ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan sejarah Islam secara utuh dan dinamis.
3.        Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan aar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan bertanggungjawab kepada pembangunan bangsa dan Negara
4.        Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional (pedesaan/masyarakat lingkungannya).
5.        Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental-spiritual.
6.        Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat bangsa.

E.       Peran pondok pesantren dalam pengembangan masyarakat
Pada masa sekarang umat menghadapi tantangan berat dari pihak luar yang berimplikasi terhadap kehidupan umat beragama. Tantangan itu mulai dari kolonialisme dan imperialisme yang menghasilkan benturan keras antara kebudayaan barat dan kebudayaan islam. Sebagai respon dari tantangan diatas para pemikir intelektual muslim melancarkan upaya modernisasi yang muncul dalam beragam dan karakteristiknya, modernisasi pendidikan islam adalah suatu hal yang sangat penting dalam melahirkan peradaban islam yang modern.[8]
Pandangan Muchlis Sholichin diatas dalam bukunya benar-benar fakta yang genting untuk dibahas dan dibenahi,  dimana perputaran zaman terus mengeser pola pikir masyarakat dan gaya hidup masyarakat khususnya dalam dinamikan agama. Dikaitkan dengan masalah tersebut nampak pesantren memiliki tugas atau peran yang turut membendung problematika zaman, dengan kata lain pesantren memiliki peran aktif untuk pengembangan masyarakat. Kembali pada permasalahan diatas bahwa adanya kemajuan zaman mengeser pola pikir masyarakat dalam setiap bidang kehidupan khususnya dalam beragama, masyarakat sudah mulai dimasuki berbagai kecanggihan yang secara persentasenya berpengaruh besar terhadap seluruh bidang kebutuhan masyarakat.
Akibatnya, jika tidak ada yang berperan dalam menyaring bidang kemajuan tersebut maka masyarakat akan menjadi rusak. Tentu, ini berimplikasi ke berbagai bidang yang dimiliki masyarakat utamanya dalam beragama. Kekokohan beragama masyarakat akan merosot dan masalah umat akan terus bermunculan, pertikaian, pertengkatan, permusuhan dan lain sebagainya. Ada fakta yang sangat mendasar dalam problematika ini seperti halnya:
1.      merosotnya kekentalan masyarakat dalam beragama
2.      Ideal masyarakat rendah
3.      Rendahnya minat pendidikan masyarakat
4.      Dan lemahnya pengawasan masyarakat terhadap penyimpangan
5.      Hanya gemar menjadi konsomen barang teknologi
6.      Rendahnya kultur masyarakat
7.      Dan lain sebagainya.
Beberapa faktor diatas adalah pemicu merosotnya pola pikir masyarakat utamanya dalam beragama. Sehingga kemudian untuk mengantisipasi hal tersebut diatas keselurhannya adalah dengan pengembangan pendidikan islam yang tentunya dapat memperdayakan umat (masyarakat).
Kemudian dalam melakukan kegiatan pemberdayaan umat, peran pesantren haruslah:
1.      Menjadi sentral pengembangan pendidikan agama islam
2.      Menjadi wadah pengembangan masyarakat
3.      Menjadi pensosialisasi terhadap kemajuan zaman dan pengaruhnya
4.      Mengabdi dan ikut serta dalam pembangunan masyarakat
5.      Menyediakan bidang-bidang pengetahuan modern
a.     Bahasa
b.     Teknologi
c.     Sosial budaya
d.    Politik
e.     Olahraga
f.      Pertanian
g.     Ekonomi
6.      Mengembangkan potensi masyarakat
7.      Menjadi pengawas terhadap penyimpangan masyarakat
8.      Mengiring masyarakat menuju masyarakat madani.

F.       Pemberdayaan umat
Pembahasan Pemberdayaan umat seharusnya menjadi pembahasan yang sangat komprehen, dimana hal ini dikarenakan pembedayaan umat ini mengadung banyak sisi, seperti pemberdayaan umat melalui pendidikan keilmuan islam, budaya, technology, ekonomi, pertanian, politik, dan lain-lain. Yang keseluruhan sisi ini mendorong terciptanya masyarakat sejahtera dengan sumber daya manusia yang mempuni.
Kemudian, Empowement atau pemberdayaan adalah salah satu strategi atau merupakan paradigma pembangunan yang dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Pemberdayaan ini muncul dikarenakan adanya kegagalan-kegagalan yang dialami dalam proses dan pelaksanaan pembangunan yang cenderung sentralistis seperti community development atau pengembangan komunitas. Model ini tidak memberi kesempatan langsung kepada rakyat untuk terlibat dalam proses pembangunan, terutama dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan pejabat, perencanan, pelaksanaan dan evaluasi program pembangunan.
Friedmann (1992) menawarkan konsep atau strategi pembangunan yang populer disebut dengan empowerment atau pemberdayaan. Konsep pemberdayaan ini adalah sebagai suatu konsep alternatif pembangunan yang pada intinya memberikan tekanan pada otonomi dalam mengambil keputusan di suatu kelompok masyarakat yang dilandaskan pada sumber daya pribadi, bersifat langsung, demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. Fokus utama pemberdayaan, menurut Friedmann, adalah sumber daya lokal, namun bukan berarti mengabaikan unsur-unsur lain yang berada di luar kelompok masyarakat, bukan hanya ekonomi akan tetapi juga politik, agar masyarakat memiliki posisi tawar menawar yang seimbang, baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional.
Argument Freidmann diatas merujuk pada pembangunan dari pemberdayaan manusia yang harus dimiliki oleh setiap individu masyarakat, mengembangkan sumberdaya local, serta pegembangan yang komplek lainnya. Saya setuju dengan pendapat ini karana seperti yang saya katakan diatas bahwasanya pemberdayaan masyarakat haruslah dibangun dengan bidang-bidang yang komplek.
Dalam melakukan kegiatan pemberdayaan umat, pesantren pada umumnya benar-benar mandiri dan telah selektif pada lembaga-lembaga penyandang dana  dari luar masyarakatnya sendiri. Jenis pengembangan masyarakat yang lebih menjadikan masyarakat pesantren sebagai pasar bagi produk asing menjadi sorotan tajam. Konsep pengembangan masyarakat pun diganti dengan pemberdayaan masyarakat yaitu yang dapat memperbaiki tata usaha, tata kelola dan tata guna sumber daya yang ada pada masyarakat pesantren. Di dalam pemberdayaan masyarakat itu pesantren berteguh pada lima asas yaitu:
1.    Menempatkan masyarakat sebagai pelaku aktif bukan sasaran pasif.
2.    Penguatan potensi lokal baik yang berupa karakteristik, tokoh, pranata dan jejaring.
3.    Peran serta warga masyarakat sejak perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, refleksi dan evaluasi.
4.    Terjadinya peningkatan kesadaran, dari kesadaran semu dan kesadaran naif, ke kesadaran kritis.
5.    Kesinambungan setelah program berakhir.
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren percaya bahwa manusia akan meningkat martabatnya seiring dengan pengetahuan nilai-nilai did alam dirinya. Penanaman atau penumbuhan nilai-nilai dalam pribadi dan masyarakat membutuhkan waktu penyemaian yang tidak sebentar. Menurut Ahmad Mahmudi ada 15 prinsip untuk diperhatikan dalam setiap pemberdayaan masyarakat, yaitu:
1.    Pendekatan untuk meningkatkan kehidupan sosial dengan cara mengubahnya.
2.    Keseluruhan bentuk partisipasi dalam arti yang murni
3.    Kerjasama untuk perubahan
4.    Membangun mekanisme kritik dari komunitas
5.    Proses membangun pemahaman situasi dan kondisi sosial secara kritis
6.    Melibatkan sebanyak mungkin orang dalam teoritisasi kehidupan sosial mereka
7.    Menempatkan pengalaman, gagasan, pandangan dan asumsi sosial individu maupun kelompok untuk diuji
8.    Semua orang dimudahkan untuk menjadikan pengalamannya sebagai objek riset
9.    Tindakan warga dirancang sebagai proses politik alam arti luas
10.Program mensyaratkan adanya analisis relasi sosial kritis
11.Memulai isu kecil dan mengaitkannya dengan relasi-relasi yang lebih luas
12.Memulai dengan siklus proses yang kecil
13.Memulai dengan kelompok sosial yang kecil untuk berkolaborasi dan secara lebih luas dengan kekuatan-kekuatan kritis lain
14.Mensyaratkan semua orang mencermati dan membuat rekaman proses.
15.Mensyaratkan semua orang memberikan alasan rasional yang mendasari kerja sosial mereka.[9]
Oleh karena itu, landasan pemberdayaan umat yang diargumentasikan diatas Akan menjadi penyokong/pendukung dalam membangun masyarakat yang ideal, serta terciptanya kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas. Secara keseluruhan pembahasa pemberdayaan umat ini sangat erat hubungannya dengan pembahasan peran pesantren dalam kemajuan masyarakat. Karana keduanya memang berjalan sistematis, setalah sukses terlaksananya peran pesantren dalam masyarakat tentu akan tercipta yang namanya pemberdayaan umat.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya (Zamahsyari Dhofir, 1982: 18)
pesantren merupakan lembaga dan wahana agama sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji” ilmu agama islam. Pondok pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, sebab keberadaannya mulai dikenal pada periode abad kse 13-17 M, dan di jawa pada abad ke 15-16.
Pemberdaya umat adalah upaya menjadikan umat (masyarakat) ideal dari berbagai aspek kehidupan. Seperti yang diagrumentasikan diatas pemberdayaan (Empowement) adalah salah satu strategi atau merupakan paradigma pembangunan yang dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan masyarakat. Pembangunan masyarakat senantiasa dilakukan oleh pesantren karena ini merupakan peran dari pesantren dalam membawa keberadaban umat dibawah panduan agama islam.

B.       Saran
Demikianlah isi makalah ini yang kami susun, dengan penuh kesadaran kami yang hanya manusia biasa yang tak pernah luput dari salah dan lupa, mohon maaf jika ada kekeliruan dari segi ketikan tulisan dan argumen diatas. Dan yang paling penting adalah kami berpengharapan besar kepada Bapak pengampu mata kuliah Sejarah Perdaban Islam di Indonesia untuk terus mengakawal kami, memberi tinjauan pada makalah kami, dan selanjutnya kepada sahabat-sahabat pembaca yang budiman kami mengaharap kritikan dan saran sahabat-sahabat sekalian pada makalah kami ini yang tentunya akan menambah/meningkatkan wawasan berpikir kami kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

·         http://tsalmans.blogspot.com/2010/05/pengertian-pondok-pesantren.html
·         Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994)
·         Departemen agama RI direktorat jenderal kelembagaan agama islam, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah (Jakarta: 2003)
·         Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Kapita Selekta Pendidikan Islam (bandung: ANGKASA, 2003),
·         Drs. Hasan Basri,M.Ag. Ilmu Pendidikan Islam (jilid II), (Bandung: ANGKASA, 2009)
·         http://sibolang-lampung.blogspot.com/2011/04/sistem-pendidikan-pondok-pesantren.html
·         Mohammad muchlis solichin, Masa Depan Pesantren, (Surabaya. SALSABILA. 2013)
·         Ali Anwar, Pembaharuan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2011)
·         Ahmad Mahmudi. Prinsip-Prinsip Kerja Participatory Action Research (PAR). Yogyakarta.



[1] http://tsalmans.blogspot.com/2010/05/pengertian-pondok-pesantren.html
[2] Mastuhu, dinamika sistem pendidikan pesantren (Jakarta: INIS, 1994), hlm.6.
[3] Departemen agama RI direktorat jenderal kelembagaan agama islam, pondok pesantren dan madrasah diniyah (Jakarta: 2003), hlm.1
[4] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, kapita selekta pendidikan islam (bandung: ANGKASA, 2003), hlm.115.
[5] Drs. Hasan Basri,M.Ag. ilmu pendidikan islam (jilid II), (Bandung: ANGKASA, 2009), hlm.76.
[6] http://sibolang-lampung.blogspot.com/2011/04/sistem-pendidikan-pondok-pesantren.html

[7] Ali Anwar, Pembaharuan Pendidikan Di Pesantren Lirboyo Kediri, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2011), hlm. 23-25
[8] Mohammad Muchlis Solichin, masa depan pesantren, Surabaya. SALSABILA. 2013. Hlm.35-3
[9] Ahmad Mahmudi. Prinsip-Prinsip Kerja Participatory Action Research (PAR). Yogyakarta.


---
Tag : pendidikan
3 Komentar untuk "Pengertian Pesantren, Karakteristik Pondok Pesantren, Sistem Pendidikan Pesantren, Tujuan Pesantren, Peran Pesantren dalam Pemberdayaan Umat"

Back To Top