Selamat Datang di Blog Kami. Blog ini meyediakan berbagai macam informasi seputar Madura dalam bentuk media online yang memuat: Madura Zone, Artikel, Pendidikan, Budaya, Pariwisata, Kuliner, Berita, Dan lain-lain. Selamat berkunjung di blog kami!!!

Pengertian Pelapisan Sosial, Integrasi Sosial, Persamaan dan Derajat Sosial, Komflik Sosial

---
---
BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Berbicara sosial tentu tidak terlepas dari tipologi manusia yang disebut zoon polition. Karakter manusia yang sangat menonjol adalah akal, dengannya manusia akan mengembangkan potensi diri melalui kreatifitas yang dilahirkan. Sebagai makhluk sosial mereka tentu tidak akan hidup sendiri tanpa bergandengan dengan orang lain. Interaksi tersebut akan melahirkan gaya hidup seseorang yang akhirnya membentuk pelapisan sosial. Pelapisan ini biasanya berkembang ditatanan ekonomi, sosia budaya, politik dan agama. Pelapisan sosial atau yang sering disebut dengan stratifikasi sosial terbentuk dari individu-individu. Individu dari berbagai latar belakang dan golongan akan menciptakan keberagaman dalam kehidupan masyarakat tersebut
Masyarakat merupakan unsur terpenting dalam kehidupan sosial dan satu kesatuan kelompok individu dari berbagai golongan dari kelas sosial yang berbeda. Individu dan masyarakat merupakan pelengkap masing-masing, tanpa individu tidak mungkin ada masyarakat, dan sebaliknya.
Proses ini berjalan sesuai pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Orang - orang yang menduduki level tertentu dibentuk berjalan secara alamiah, misalkan orang yang tua, maka kita sebagai orang yang lebih mudah harus menghormati, orang yang mulia akan merasa disegani oleh teman-teman lantaran karisma yang dimiliki. Contoh perbedaan aktifitas masyarakat dalam kelas sosialnya adalah kegiatan berorganisasi. Dimana didalamnya ada pembagian jabatan untuk menangani suatu hal tetentu. Disini sangat jelas potensi dan proporsionalitas antara individu satu dengan yang individu lainnya akan tampak. Ada dua sistem dalam beroganisasi yaitu 1). Sistem fungsional : merupakan pembagian kerja yang mengutamakan kerja sama dan pula dalam kedudukan yang sama, misal antara manajer satu dengan manajer lainnya mengadakan rapat. 2). Sistem skalar : pembagian kekuasaan dari bawah ke atas (vertikal)   
Kedua sistem di atas tidak menutup kemungkinan akan melahirkan dua hal yang sangat menentukan jalannya suatu organisasi tersebut, hal ini bisa melahirkan polemik di dalam organisasi itu sendiri atau justru sebaliknya, akan menguatkan perjalanan organisasi tersebut. Maka dari itu tentu diperlukan solusi dan tindakan tepat untuk meredam kemugkinan  yang akan muncul dalam lingkup kehidupan organisasi masyarakat. Hal ini akan tetap terjadi sepanjang kehidupan manusia berlangsung, persoalan seperti itu akan terjadi tanpa harus dibendung namun harus dihadapi dengan bijak.

B.       RUMUSAN MASALAH

Agar cakupan pembahasan makalah ini tidak melebar dan focus pada persoalan sosial, maka perlu rumusan masalah sebagai berikut :
a.       Apa yang dimaksud pelapisan sosial?
b.      Apa yang dimaksud dengan integrasi sosial?
c.       Apa yang dimaksud persamaan dan derajat sosial?
d.      Apa yang dimaksud dengan konflik sosial?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PELAPISAN SOSIAL

Pelapisan sosial atau yang sering disebut dengan stratifikasi sosial. Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu dari berbagai latar belakang dan golongan akan menciptakan keberagaman atau masyarkat yang heterogen.
Masyarakat merupakan satu kesatuan kelompok individu dari berbagai golongan dan kelas sosial yang berbeda. Individu dan masyarakat merupakan pelengkap masing-masing, tanpa individu tidak mungkin ada masyarakat, dan sebaliknya. Individu dengan masyarakat saling terikat yaitu :
1.      Individu dipengaruhi masyarakat untuk membentuk kepribadiannya
2.      Individu mempengaruhi masyarakat dan dapat mengubah kehidupan bermasyarkat.

Membahas mengenai stratifikasi, stratifikasi berasal dari kata strata atau stratum yang berarti pelapisan masyarakat, yaitu individu yang memiliki beragam
kedudukan dan kelas di masyarakat.

Proses ini berjalan sesuai pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Orang – orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk berjalan secara alamiah, misalkan orang yang tua, maka kita sebagai orang yang lebih mudah harus menghormati, orang yang pandai akan merasa disegani oleh teman-teman dsb. Adapun pelapisan sosial yang terbentuk karena ke sengajaan atau rencana, dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Pelapisan sosial dalam hal ini contohnya adalah kegiatan berorganisasi. Dimana didalamnya ada pembagian jabatan untuk menangani suatu hal tertentu. Disini sangat jelas perbedaan antara individu satu dengan yang individu lainnya. Ada dua sistem dalam beroganisasi yaitu :

1.         Sistem fungsional          
Merupakan pembagian kerja yang mengutamakan kerja   sama dalam kedudukan yang sama, misal antara manajer satu dengan manajer lainnya mengadakan rapat.

2.       Sistem skalar
 Pembagian kekuasaan dari bawah ke atas (vertikal) 

Dilihat dari sifatnya ada dua perbedaan pelapisan atau stratifikasi sosial  masyarakat sebagai berikut:


1.      Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup
Dalam sistem ini pemindahan anggota masyarakat ke lapisan yang lain baik ke atas maupun ke bawah tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal yang istimewa, Dalam sistem pelapisan tertutup, mereka akan menerima bila berdasarkan keturunan. Jadi selain dari aliran darah / keluarga tidak bisa masuk. Sistem pelapisan seperti ini biasa ditemui di India, dan Afrika Selatan, dimana mereka menganut politik apartheid atau perbedaan warna kulit yang disahkan melalui undang-undang.


2.      Sistem Pelapisan Masyarakat Terbuka
Dalam sistem ini setiap masyarakat memiliki kesempatan untuk menempati suatu kedudukan tertentu, Setiap orang berkesempatan untuk menduduki jabatan tertentu asalkan memiliki kemampuan dan sewaktu-waktu bisa turun karena tidak bisa mempertahankan kemampuannya. Sistem ini sangat baik untuk dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena adanya keterbukaan untuk bersaing dan menunjukkan kemampuannya

Kemajemukan dan pelapisan sosial seperti ini tentu menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu bagi masyarakatnya. Apalagi dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia yang memiliki berbagai tingkat diferensiasi dan stratifikasi[1] sosial yang tinggi. Dalam kontek seperti ini, konflik dan integrasi sosial adalah sebagian dari konsekuensi kemajemukan dan pelapisan sosial suatu masyarakat.

B.     APA YANG DIMAKSUD DENGAN INTEGRASI SOSIAL

1.      Pengertian Integrasi Sosial
Integrasi merupakan terjemahan dari integration (bahasa inggris) yang berarti keseluruhan. Integrasi berarti juga proses pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Maurice Duverger (1881) mendefiniskan inetegrasi sebagai berikut “Integrasi adalah dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antaraanggota-anggota dalam masyarakat”.

Paul B. Harton menyatakan bahwa integrasi merupakan suatu proses penembangan masyarakat dimana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan serta secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
·         Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
·         Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik berupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
2.      Bentuk - Bentuk Integrasi Sosial
Bentuk integrasi sosial dalam masyarakat dapat dibagi menjadi dua bentuk yakni:
1.       Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli. Dalam masyarakat bentuk integrasi sosial ini terlihat dari pembentukan tatanan sosial yang baru yang menggantikan budaya Asli. Biasanya bentuk integrasi ini diterapkan pada kehidupan sosial yang primitif dan rasis. Maka dari itu budaya Asli yang bertentangan dengan norma dan mengancam disintegrasi masyarakat akan digantikan dengan tatanan sosial baru yang dapat menyatukan beragam latar belakang sosial.
2.      Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli. Akulturasi menjadi alternatif tersendiri dalam menyikapi interaksi sosial, hal ini didasarkan pada nilai-nilai sosial masyarakat yang beberapa dapat dipertahankan. Sehingga nilai-nilai baru yang ditanamkan pada masyarakat tersebut akan menciptakan keharmonisan untuk mencapai integrasi sosial.

3.      Faktor - Faktor untuk mencapai Integrasi Sosial dalam Masyarakat
Integrasi sosial dalam masyarakat dapat dicapai apabila unsur-unsur sosial saling berinteraksi.Selain itu norma-norma sosial dan adat istiadat yang baik turut menjadi penunjang untuk mencapai integrasi sosial tersebut. Hal ini dikarenakan norma-norma sosial dan adat istiadat merupakan unsur yang mengatur perilaku dengan mengadakan tuntutan mengenai bagaimana orang harus bertingkah laku.
Namun demikian tercapainya integrasi sosial dalam masyarakat memerlukan pengorbanan, baik pengorbanan perasaan, maupun pengorbanan materil. Dasar dari pengorbanan adalah langkah penyesuaian antara perbedaan perasaan, keinginan, ukuran dan penilaian di dalam masyarakat tersebut.  Maka dari itu norma sosial sebagai acuan bertindak dan berprilaku dalam masyarakat akan memberikan pedoman untuk seorang bagaimana bersosialisasi dalam masyarakat.
Adapun faktor - faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi integrasi sosial dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
1.      Faktor internal : kesadaran diri sebagai makhluk sosial, tuntutan kebutuhan, dan semangat gotong royong
2.      Faktor eksternal : tuntutan perkembangan zaman, persamaan kebudayaan, terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persaman visi, misi, dan tujuan, sikap toleransi, adanya kosensus nilai, dan adanya tantangan dari luar

4.      Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial
Untuk mencapai integrasi sosial dalam masyarakat diperlukan setidaknya dua hal berikut untuk menjadi solusi atas perbedaan yang terdapat dalam masyarakat :
1.      Untuk meningkatkan integrasi sosial, maka pada diri masing-masing harus mengendalikan perbedaan konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya
2.      Tiap warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dalam masyarakat tercipta keharmonisan dan saling memahami antara satu sama lain, maka konflik pun dapat dihindarkan.

Untuk mencapai integrasi sosial seringkali konflik-pun tak terhindarkan , maka perlu dicari beberapa bentuk yang mengakomodasi perbedaan tersebut. Maka dari itu ditawarkanlah empat sistem berikut untuk mengurangi konflik yang terjadi, antara lain:
1.      Mengedepankan identitas bersama seperti sistem budaya yang berasaskan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
2.       Menerapkan sistem sosial yang bersifat kolektiva sosial dalam masyarakat dalam segala bidang.
3.      Membiasakan sistem kepribadian yang terintegrasi dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang terwujud dalam pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan (cathexis), sehingga pola-pola penilaian yang berbeda dapat disamakan sebagai pola-pola keindonesiaan.
4.      Mendasarkan pada nasionalime yang tidak diklasifikasikan atas persamaan ras, melainkan identitas kenegaraan.
Setelah pembahasan diatas kita dapat memahami secara jelas makna dan fungsi penting sebuah integrasi sosial dalam masyarakat. Seperti kita ketahui Indonesia sebagai negara yang multi-etnis tentunya sangat rawan dengan konflik SARA. Maka dari itu integrasi sosial hadir untuk mengharmonisasi masyarakat, sehingga konflik tersebut dapat dicegah. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

C.    APA YANG DIMAKSUD PERSAMAAN DAN DERAJAT SOSIAL
Menurut Budiyanto (2006) kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), atau mens (Latin) yang berarti berfikir, berakal budi, atau homo yang berarti seseorang yang dilahirkan dari tanah, humus = tanah. Pengertian etimologis tentang “manusia”, dapat memberi petunjuk tentang hakikat manusia[2].
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang dianugerahi dengan akal pikiran sebagai sarana berfikir untuk mendapatkan derajat yang tinggi di sisi-Nya. Dilihat dari awal prosesnya, manusia sangat mempunyai potensi untuk  menentukan derajat masing-masig yang akhirnya akan melahirkan persamaan dan derajat sosial dalam kehidupan mereka.
Manusia sering juga mendapatkan sebutan sebagai homo “homini lupus”. Jika kita menyelami hakikat kemanusiaan maka “homoni homini lupus” dan stratifikasi sosial yang kita kenal sekarang adalah merupakan suatu kesenjangan dan sekaligus tantangan bagi eksistensi kemanusiaan.

Kesadaran pribadi sebagai makhluk berbudaya yang berbudi daya mencetak “master plan” kehidupan untuk setiap tindakannya  secara universal. Potensi-potensi kemanusiaan ini yang merupakan warisan spesies adalah modal dasar untuk mencapai derajat mereka masing-masing pemanfaatan potensi-potensi tersebut pasti melahirkan kelas-kelas sosial yang akan membedakan kesamaan dan derajat kehidupan manusia

D.    APA YANG DIMAKSUD DENGAN KONFLIK SOSIAL
Kata “Konflik” secara etimologi mempunyai arti pertentangan paham; pertikaian; persengketaan; perselisihan. Konflik atau pertentanga sebagai sebagai proses sosial merupakan proses yang disosiatif, artinya proses atau pemecah. Meskipun demikian akibat dari suatu konflik tidak selalu berekses negative. Konflik pendapat sering terjadi di dalam diskusi atau seminar yang akhirnya menghasilkan kejelasan, perbaikan dan penyempurnaan atas kekurangan yang ada. Suatu konflik yang terjadi antar kelompok, justru akan menguatkan ikatan dan integrasi dalam kelompok.
Konflik akan terjadi dalam suatu masyarakat apabila golongan-golongan atau unsur-unsur yang berada dalam masyarakat tidak berhasil mencapai consensus (kesepakatan) mengenai nilai-nilai sosial yang bersifat dasar dan tidak dapat mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga  tidak tercapai keselarasan  antara satu golongan dengan yang lainnya.
Paling tidak ada tiga konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
1.      Konflik Antar Agama
Seperti yang kita pahami bahwa masyarakat Indonesia menganut agama yang berbeda-beda. Ada yang memeluk agama islam, Kristen, hindu, dan Budha. Yang sudah tentu dari ajaran agama yang berbeda menimbulkan konsekuensi yang berbeda pula dalam berbagai system nilai, misalnya cara bergaul, tata cara beribadatan, tata cara perkawinan dan aktivitas yang lainnya. Hal itu merupakan potensi konflik apabila masing- masing anggota masyarakat tidak saling memahami/toleransi terhadap perbedaan yang ada dalam masyarakat yang majemuk.

2.      Konflik antar suku bangsa
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara dan memiliki berbagai kekayaan budaya bangsa, yang memberi warna kepada Negara Indonesia tentang keanekaragaman kebudayaan.  Akan tetapi, di balik semua itu dengan perbedaan bahasa dan budaya sering menimbulkan konflik antar suku, seperti yang terjadi antara masyarakat Madura dan dayak yang dipicu oleh aspek ekonomi yang tidak sedikit menimbulkan bencana baik material maupun korban jiwa yang akhirnya menimbulkan dendam antara kedua mereka.

3.      Konflik Rasial
Konsepsi mengenai aneka warna ciri fisik telah banyak menimbulkan kesengsaraan yang disebabkan oleh adanya kesalahpahaman mengacaukan ciri fisik semata yang sesungguhnya pertentangan yang terjadi karena benturan kepentingan sosial, politik, ekonomi juga penilaian yang tinggi  terhadap ras tertentu dalam kedudukan yang mayoritas.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari beberapa pemahaman dalam tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa
1.      Kehidupan masyarakat adalah kehidupan yang terus akan terjadi sepanjang sejarah kehidupan masih berlangsung, hal ini diperlukan adanya keterbukaan dalam menjalani hidup bersosial di tengah-tengah masyarakat
2.      Sepanjang sejarah kehidupan manusia berlangsung maka tidak bisa dinafikan adanya kompetensi kualitas kehidupan masing-masing individu dalam meraih cita-cita dan tujuan hidupnya.
3.      Perjalanan hidup manusia ditentukan oleh diri mereka sendiri, oleh karenanya orang lain hanya sebagai kontak sosial yang tidak banyak menentukan masa depan orang lain.

B.     SARAN

Tulisan ini hanya sebuah sumbangan pemikiran dalam rangka memberikan gambaran-gambaran yang meliputi pelapisan, integrasi, persamaan dan derajat sosial, serta memberikan pandangan-pandangan tentang konflik yang rentan terjadi dalam interaksi masyarakat.
Tentu, dalam tulisan ini jauh dari kata sempurna yang perlu diperbaiki agar lebih bermanfaat bagi kehidupan kita pembaca dan masyarakat pada umumnya serta menjadi salah satu pemikiran yang bisa menjadikan hubungan masyarakat menjadi keluarga yang harmonis dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA
1.      http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial
2.      Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan, Surabaya, Erlangga, 2007
3.      Tim Sosiologi, Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat, Jakarta, Yudistira, 2004
4.      Kun Mayati dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI, Surabaya, ESIS, 2007.
5.      M. Dahlan Al Barry dan Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola.1994
6.      Soedarno, P, Ilmu Sosial Dasar, Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Soekanto, Soerjono, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Jakarta, CV. Rajawali, 1983


[1] Kun Mayati dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI, Surabaya, ESIS, 2007. Hal 50
[2] Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan, Surabaya, Erlangga, 2007, hal 2



---
Tag : pendidikan
0 Komentar untuk "Pengertian Pelapisan Sosial, Integrasi Sosial, Persamaan dan Derajat Sosial, Komflik Sosial"

Back To Top