Siapa yang tidak kenal dengan kebudayaan yang satu ini, namanya adalah Kerapan Sapi. Kerapan Sapi adalah kebudayaan yang ada di Madura Jawa Timur Indonesia. kebudayaan ini dikenal sampai ke Manca Negara, terbukti saat diadakannya Lomba Kerapan Sapi ini banyak touris yang berdatangan ke Madura hanya untuk menonton salah satu kebudayaan madura ini. lantas bagaimana detailnya tentang kerapan sapi itu? kami menyajikannya dalam bentuk karya tulis makalah yang bertemakan kerapan sapi madura beserta ritual pelaksanaan dalam lomba serta nilai-nilai menurut agama islam. semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. selamat membaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Kebudayan
merupakan pengetahuan
yang dimiliki manusia selaku makhluk sosial atau pedoman bagi kehidupan manusia
yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat tertentu. Isinya perangkat-perangkat
atau model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk
memahami dan menginterpretasi lingkungan yang dihadapi serta mendorong dan
menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan masyarakatnya sendiri.
INTERAKSI
Islam dan budaya lokal adalah sebagai upaya untuk melihat hubungan dinamis
antara Islam dengan berbagai nilai dan konsep kehidupan yang dipelihara dan
diwarisi serta dipandang sebagai pedoman hidup oleh masyarakat terkait. Pedoman
hidup dimaksud juga mencakup tradisi yang diwarisi dari generasi ke generasi yang
hingga kini fenomenanya masih tampak.
Interaksi
sebagai hubungan dinamis yang terjadi antara elemen (budaya ) secara teoritis
dapat bergerak diantara kutub” ekstrim”. Yaitu konflik dan intergrasi. Konflik
dapat melahirkan penolakan meski tidak selalu demikian. Oleh karena itu, baik
konflik yang dapat melahirkan penolakan maupun integrasi sebagai proses sesuai
menyesuaikan tidak pernah dapat berjalan secara sempurna. Dengan kata lain,
dalam pertemuan dua budaya yang berbeda tidak semua unsur budaya yang masuk
tertolak secara keseluruhan dan juga tidak dapat terintegrasi secara penuh. Di
antara dua kutub tersebut dapat terjadi proses tarik menarik yang dapat
mendorong terjadinya kompromitas. Yaitu adaptasi/akomodasi maupun asimilasi.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
proses pelaksanaan kerapan sapi?
2. Ritual apa saja
yang dilakukan sebelum pelaksanaan lomba kerapan sapi?
3. Nilai-nilai apa
saja yang ada dalam kerapan sapi dan bagaimana kolerasinya dengan agama islam ?
4. Bagaimana pandangan
ulama’ terhadap tradisi kerapan sapi?
C. TUJUAN
1. Untuk
lebih memahami hakikat realitas budaya kita (Madura)
2. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah islam dan budaya madura
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEKILAS TENTANG KERAPAN SAPI
Kerapan
Sapi merupakan salah satu
budaya yang tidak asing lagi di telinga orang Indonesia. Karapan
Sapi merupakan budaya asli dari tanah Madura yang sudah dikenal
sejak abad ke-14 M. Pada zaman dahulu sapi merupakan satu-satunya alat
Transportasi tercepat yang ada di Madura dan banyak digunakan oleh masyarakat ,
khususnya masyarakat elit atau kerajaan. Karapan Sapi ini merupakan salah satu
contoh budaya dan hiburan bagi masyarakat Madura yang telah turun temurun
dilaksanakan.
kerapan sapi merupakan sebuah istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit.
kerapan sapi merupakan sebuah istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit.
Karapan
sapi sendiri menurut masyarakat Madura adalah adu balap sapi jantan menggunakan
kaleles. Kaleles disini merupakan sarana pelengkap untuk dinaiki joki/sais
yang menurut istilah Madura disebut tukang tongkok. Sapi-sapi jantan
yang akan dipacu dipertautkan dengan pangonong pada leher-lehernya
sehingga menjadi satu pasangan. Untuk pasangan sapi kerrap yang berada di
sebelah kanan disebut pangluar dan yang sebelah kiri disebut pangdelem.
sedangkan orang yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas disebut tukang
tambeng. Tukang Getak merupakan orang yang menggertak sapi agar pada
saat diberi aba-aba dapat melesat dengan cepat. Tukang Tonja merupakan
orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi saat perlombaan. Tukang Gubra
adalah anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat
pada sapi kerrap.Karapan Sapi tidak serta merta ada di Madura. Ada beberapa
versi tentang asal usul Karapan Sapi ini. Versi pertama mengatakan bahwa
karapan sapi telah ada di Madura sejak abad ke-14. Waktu itu karapan sapi
digunakan untuk menyebarkan agama islam oleh seorang Kyai yang bernama Pratanu.
Versi yang lain juga mengatakan bahwa karapan sapi diciptakan oleh Adi Poday,
yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad ke-14.
Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di bidang
pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu menjadi maju. Salah
satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan pertanian yang diajarkan oleh
Adi Poday adalah dengan menggunakan sapi. Sehingga lama-kelamaan karena
banyaknya petani yang menggunakan sapi untuk membajak sawahnya secara
bersamaan, maka timbullah niat para petani untuk saling berlomba dalam
menyelesaikannya. Dan, akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi
semacam olahraga lomba adu cepat yang hingga saat ini disebut kerapan sapi.
Karapan
Sapi dan Sapi Kerap merupakan dua hal yang berbeda. Orang Madura memberi perbedaan
antara Karapan sapi dan Sapi kerrap ini. Karapan sapi adalah sebuah even adu
pacu sapi jantan dalam keadaan bergerak, berlari dan dinamis. Sedangkan Sapi
kerrap adalah sebutan untuk sapi jantan yang diperlombakan itu sendiri, baik
satu sapi maupun lebih. Adanya perbedaan ini adalah untuk membedakan antara
sapi kerrap dengan Sapi Biasa serta Sapi Sono.
B.
RITUAL YANG DILAKUKAN SEBELUM PELAKSANAAN LOMBA
1)
Sebelum dimulai alat-alat yang
harus disiapkan diantaranya : kaleles, pangonong, tali pengikat, joki/sais,
cambuk, kalung, selendang, air, ember (tempat jamu) serta saronen (alat musik
tiup madura) dengan jumlah sembilan orang menggunakan pakaian adat madura.
2)
Sebelum lomba dimulai, sapi-sapi
ini akan di warm up atau pemanasan terlebih dahulu dengan mengelilingi lapangan
yang diiringi oleh saronen, gendang, kelenong dan sebagainya sambil ngijung dan
menari (penari remaja).
3)
Beberapa menit sebelum dimulai,
sapi kerrap tersebut dimandikan kemudian di olesi dengan spiritus yang sudah
dicampur balsem dan jahe yang sudah ditumbuk halus. Selain itu sapi juga diberi
minuman seperti obat kuat ,ramuan dan jamu rahasia lainnya agar sapi-sapi ini
bisa berlari kencang dan kuat. Kaki-kakinya pun dipijat supaya tidak tegang
saat perlombaan.
4)
Selain sapi kerrap, pemilik sapi
juga melakukan ritual khusus untuk menjaga sang sapi agar bisa memenangkan
lomba. Karena pemilik sapi berkeyakinan dengan ritual tersebut dapat
membebaskan sapi dari serangan gaib pihak lawannya sehingga perlombaan dapat
dilakukan dengan kekuatan sebenarnya. Namun ada juga yang beranggapan ritual
pemilik sapi juga dapat menambah kekuatan dari sapinya.
5)
Anehnya para pemilik sapi ini
merasa bahwa hadiah yang dimenangkan nanti bukanlah tujuan utamanya. Melainkan
kepuasaan dan gengsi yang didapat apabila memenangkan perlombaan karapan sapi
ini. Selain itu juga bisa meningkatkan nilai jual sapi yang menjadi juara
karapan sapi ini.
6)
Selain sapi yang merupakan faktor
utama untuk memenangkan karapan sapi, joki/sais yang biasa disebut tukang
tongko juga sangat penting posisinya. Selain bertugas mengarahkan lari
sapi-sapi jantan yang melaju kencang, joki juga harus bisa memegang kendali
dari garis start, menapakkan dan menyelipkan kaki diantara kayu (kaleles) yang
ditarik oleh sapi itu sendiri. Keterampilan lainnya adalah kemampuannya untuk
melepas tali kekang dan meraih kayu yang melintang pada kepala sapi apabila
telah tiba pada garis finish. Hal ini dimaksudkan agar sapi dapat berhenti dan
tidak lagi berlari dengan liar.
C.
NILAI-NILAI DAN KOLERASI ISLAM DALAM BUDAYA KERAPAN
SAPI
Karapan Sapi Secara
tidak langsung tersirat beberapa nilai-nilai moral yang terkandung diantaranya.
a) Nilai kerja
keras
tercermin dalam proses pemilihan dan pelatihan sapi sehingga menjadikan sapi kerrap itu kuat dan tangkas. Untuk menjadikan seekor sapi seperti itu tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kerja keras agar bisa menjadi juara.
tercermin dalam proses pemilihan dan pelatihan sapi sehingga menjadikan sapi kerrap itu kuat dan tangkas. Untuk menjadikan seekor sapi seperti itu tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kerja keras agar bisa menjadi juara.
b) Nilai kerja sama
Tercermin dalam
proses permainan atau perlombaan karapan itu sendiri. Yang mana semua elemen
baik pemilik sapi, dan beberapa anggota lainnya saling bekerja sama agar
tercipta sebuah keharmonisan antara sapi, joki dan anggota lainnya.
c) Nilai persaingan
Tercermin dalam proses selama dalam arena karapan sapi. Persaingan menurut Koentjaranigrat (2003: 187) adalah usaha-usaha yang bertujuan utnuk melebihi usaha orang lain. Dalam konteks ini para peserta permainan karapan sapi berusaha sedemikian rupa agar sapi kerrap-nya bisa berlari cepat dan mengalahkan lainnya.
Tercermin dalam proses selama dalam arena karapan sapi. Persaingan menurut Koentjaranigrat (2003: 187) adalah usaha-usaha yang bertujuan utnuk melebihi usaha orang lain. Dalam konteks ini para peserta permainan karapan sapi berusaha sedemikian rupa agar sapi kerrap-nya bisa berlari cepat dan mengalahkan lainnya.
d) Nilai ketertiban
Tercermin dalam proses permainan karapa sapi itu sendiri. Permainan apa saja
termasuk karapan sapi ketertiban sangat diperlukan oleh seluruh peserta dan
dengan sabar untuk menunggu giliran sapi-sapinya untuk diperlagakan. Begitupun
dengan penonton juga mematuhi aturan-aturan yang berlaku agar perlombaan
berjalan lancar dan aman.
e) Nilai Sportivitas
tercermin tidak hany dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.
tercermin tidak hany dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.
Menurut
pandangan islam, Karapan Sapi yang awalnya dulu digunakan untuk menyebarkan
agama islam oleh seorang kyai, Kini disalahgunakan bahkan harus menyakiti dan
melukai sapi yang digunakan untuk karapan ini. Segala cara dilakukan agar sapi
yang dijagokan dapat memenangkan Karapan. Sedangkan dalam islam penyiksaan
terhadap hewan merupakan larangan keras bahkan bisa disebut haram untuk
dilakukan. hukum syariat islam dalam Sabda Rasulullah SAW telah memerintahkan
pada Ar-Rifqu Bil Hayawan agar tetap melarang karapan sapi
ini bila masih menggunakan kekerasan dan penyiksaan terhadap sapi-sapinya.
Namun terdapat istilah dalam islam yaitu al-adatu muhakkamatun
(adat kebiasaan itu bisa dijadikan hukum) yang secara tidak langsung
memperbolehkan even karapan sapi ini.
D.
PANDANGAN ULAMA’ TENTANG BUDAYA KERAPAN SAPI
Kerapan
Sapi adalah kebudayaan rakyat Madura mulai dari ujung paling timur, Sumenep,
hingga paling barat, Bangkalan, yang cara mainnya hampir sama dengan pacu kuda.
Namun diantara keduanya (Kerapan
Sapi dan pacu
kuda) ada perbedaan yang sangat signifikan. Kalau pacu kuda hanya ditunggangi
dan dicemeti agar larinya bisa cepat dan menang ketika lomba, namun kalau
Kerapan Sapi, dua pasang sapi-yang dikendarai oleh seorang anak kecil seumuran
belasan tahun yang dipacu dan diadu dengan sepasang sapi lain-ditusuk pantatnya
dengan penusuk tajam. Dan bahkan sebelum aba-aba start, masing-masing di
sekitar mata sapi yang akan dipacu itu, diolesin bahan apa saja yang panas,
seperti cabai, dan lain-lain. Nah cara itulah sebenarnya yang dianggap oleh
mayoritas para ulama sebagai kekerasan atas hewan. Dengan demikian, kemudian
para ulama sepakat bahwa Kerapan
Sapi merupakan
kebudayaan yang tidak di-halal-kan (meminjam istilah yang sering dipakai MUI)
dalam Islam.
Kerapan sapi menurut pandangan
ulama’ atau para kiyai dianggap bertentangan dengan ajaran Islam karena pandangan mayoritas
pemuka agama Islam, Kerapan Sapi merupakan suatu kebudayaan yang sangat
dilarang dalam Islam. Karena dianggap
terdapat unsur penyiksaan terhadap hewan-yakni sapi sebagai hewan yang di-kerap dan dipacu.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Kerapan sapi
merupakan adu balap sapi jantan yang dikendalikan oleh joki dan sapi tersebut
dipertautkan dengan pangonong
2.
Sebelum dimulai perlombaan harus mempersiapkan alat-alat
yang akan dibutuhkan dan Sebelum lomba dimulai, sapi-sapi ini akan melakukan pemanasan terlebih dahulu
dengan mengelilingi lapangan yang diiringi oleh saronen.Selain sapi kerrap, pemilik sapi juga
melakukan ritual khusus untuk menjaga sang sapi agar bisa memenangkan lomba.
Karena pemilik sapi berkeyakinan dengan ritual tersebut dapat membebaskan sapi
dari serangan gaib pihak lawannya.
3.
Nilai kerja keras,nilai kerja sama,nilai
persaingan,nilai ketertiban dan nilai suportivitas
4.
Ulama’ menganggap
kerapan sapi ini sebuah penyiksaan pada hewan karena sebelum perlombaan ini
dimulai pantat sapi itu dilukai dengan benda-benda tajam dan matanya diolesi
cabe atau balsem.
B.
SARAN-SARAN
Dalam
Penulisan dan pembutan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami (penulis) butuh saran dan kritik yang
konstruktif agar penulis dapat lebih baik dalam penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Subarianto,Andang,2004,tantangan
industrialisasi Madura,Malang:Banyumedia publishing,
http://www.pulau-madura.com/?menu=profil%5D
Irwan.Abdullah,2006.konstruksi dan reproduksi kebudayaan,Yogyakarta:Pustaka
pelajar
http://kabarmadura.blogspot.com/2007/04/s
Kerapan Sapi Budaya Asli Madura |
Tag :
budaya
0 Komentar untuk "Kerapan Sapi MADURA beserta Ritual Pelaksanaan dalam Lomba dan Nilai-nilai yang ada dalam Kerapan Sapi"