Peradaban barat yang sekarang
menguasai dunia berdiri diatas pemikiran bahwa cinta merupakan hal termurah
yang ada di dunia. Peradaban ini telah berbicara tentang fenomena falling in
love (jatuh cinta) dengan mengatakan bahwa cinta itu bisa terjadi karena faktor
kebetulan dan sejumlah faktor lainnya. Seseorang dapat terjatuh ke dalam lembah
cinta secara kebetulan, sebagaimana dia dapat terjatuh ke dalam sebuah lubang
yang berada di tengah jalan. Dengan kata lain, anda tidak perlu berusaha untuk
memperoleh cinta, karena anda akan jatuh dengan sendirinya kedalam lembah cinta
itu.
Kerena sifatnya yang
materialistis, maka peradaban barat ini pun mengaitkan antara cinta dan seks,
ia menganggap aktivitas bercinta (makin love) sebagai hubungan seksual.
Menurutnya, cinta hanyalah perasaan sesaat yang muncul karena sejumlah faktor
biologis yang tidak jelas dan sulit untuk dihindari, dimana pada saat itu tidak
ada yang dapat dilakukan oleh seseorang, kecuali harus terjatuh ke dalam
“lembah” cinta. Pemahaman keliru inilah yang bertanggung jawab atas
kesengsaraan yang dialami.
Kebutuhan terhadap cinta lebih
dari sekedar kebutuhan terhadap kenikmatan sesaat dan kepuasan temporer. Cinta
kepada seseorang karena dorongan seks belaka, akan segera berakhir setelah
hasrat seksual kepadanya tersalurkan. Ini merupakan satu hal yang sangat
bertentangan dengan makna cinta yang sesungguhnya.
Cinta merupakan satu-satunya
solusi yang ada dihadapan manusia yang dapat mengeluarkannya dari penjara diri
sendiri menuju luasnya alam semesta dan lingkungan orang-orang lain. Tanpa
cinta, kehidupan ini akan berubah menjadi seperti tahanan dan tempat
pengasingan yang menyakitkan. Kesadaran manusia akan kebutuhannya terhadap rasa
cinta kepada orang lain, kemampuan untuk berpegang tegus pada nilai-nilai
kemanusiaan yang indah, serta komonikasinya dengan segala sesuatu, termasuk
manusia, merupakan sesuatu yang dapat melahirkan kemampuan dalam dirinya untuk
bercinta dan mencintai. Tampa kesadaran
dan pemahamannya terhadap nilai cinta ini, manusia tidaklah jauh berbeda dengan
binatang.
Cinta bukanlah perasaan sesaat
atau kepuasan temporer. Perasaan sesaat ini telah dianggap oleh sebagian orang
sebagai cinta, padalah ia hanyalah uangkapan yang bersifat halus dan jujur yang
mencerminkan hasrat seksual yang sama-sama dimiliki oleh manusia dan binatang.
Oleh karena itu, pembicaraan apapun tentang cinta
harus dimulai dengan pembicaraan tentang sisi kemanusiaan manusia. Tidak ada
sesuatu pun yang dapat mencerminkan kemuliaan dan keistimewaan manusia seperti
cinta.
Sementara upaya untuk mengaitkan antara cinta dan seks merupakan upaya
yang dapat merendahkan sisi kemanusiaan manusia dan menghilangkan nilai (makna)
luhur cinta. Cinta dan kemuliaan merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
Setiap kali manusia melepaskan dirinya dari nilai-bilai moral dan akhlaq dengan
mengatas-namakan making love (bercinta), dan setiap kali manusia membebaskan
dirinya dari sikap menjaga diri dan perilaku mulia, maka sungguh dia telah
melepaskan dirinya dari perikemanusiaan dan kehormatan manusia itu sendiri.
Meskipun orang-orang pandai dalam menamai sesuatu dengan berbagai macam
penamaan, namun kita tetap tidak mungkin menamakan zina dengan cinta, sejauh
apapun kita mengolah kata dan menyamarkannya.
Tag :
artikel
0 Komentar untuk "Memaknai Cinta dan Bercinta dalam Kehidupan Seorang Remaja dimasa Modern yang penuh dengan problematika zaman"