BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang.
Kami mengambil
judul ini karena di dalamnya menerangkan maksud dari adanya Tasawwuf, yg
meliputi : Pengertian, yaitu Secara Etimologis, para ahli berselisih tentang
asal kata tasawuf. Sebagian menyatakan berasal dari “shuffah” artinya
emper masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar. Ada pula yang
mengatakan berasal dari “shaf”, artinya barisan. Seterusnya ada yang
mengatakan berasal dari “shafa”, artinya bersih/jernih, ada lagi yang
mengatakan berasal dari “shufanah”, sebutan nama kayu yang bertahan
tumbuh di padang pasir, terakhir ada yang mengatakan berasal dari bahasa yunani
“theosofi”, artinya ilmu ketuhanan. Namun yang terakhir ini tidak
disetujui oleh H.A.R. Gibb. Dia cenderung pada kata tasawuf berasal dari shuf
(bulu domba), dan orang yang
berpakaian bulu domba disebut “mutashawwif”, perilakunya disebut “tasawuf”.
Menurut Al-junaidi [w. 296 H]
Tasawuf adalah menyucikan hati sehingga tidak ditimpa suatu kelemahan, menjauhi
akhlak alamiyah, melenyapkan sifat
kemanusiaa, dan menjauhi segala keinginan nafsu. Tidak hanya menerangkan
pengertian saja, termasuk didalamnya juga mengenai dasar-dasar qur’ani entang
tasawwuf, serata bagaimana sejarah munculnya atau lahirnya Tasawwuf dalam Islam yakni Ibnu Al-Jauzi dan Ibnu
Khaldun secara garis besar kehidupan kerohanian dalam islam terbagi menjadi
dua, yakni zuhud dan Tasawuf.
B. Rumusan masalah.
Berdasarkan latar belakang yang
disebutkan diatas maka masalah yang dapat kami rumuskan adalah:
a.
Apa
pengertian Tasawwuf ?
b.
Apa saja
dasar-dasar Qur’ani Tasawwuf ?
c.
Bagaimana
sejarah munculnya tasawwuf ?
C. Tujuan.
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka
makalah ini memiliki tujuan antara lain :
a.
Untuk
mengetahui pengertian dari Akhlaq Tasawwuf.
b.
Untuk
mengetahui dasar-dasar Qur’ani tentang
Tasawwuf.
c.
Untuk
mengetahui sejarah munculnya Tasawwuf.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tasawwuf.
1. Pengertian Tasawuf Secara Lughawi.
Arti tasawuf secara lughawi (Etimologis) itu di perselisihkan oleh
para ahli. hal ini di akibatkan oleh perbedaan mereka dalam memandang asal
usul kata itu.asal usul kata ‘tasawuf’ menurut mereka, antara lain sebagai
berikut :
a) tasawuf berasal dari kata ‘shuf’, yang berarti ‘wol kasar’
b) tasawwuf berasal dari akar kata ‘shafa’, yang berarti ‘ bersih.
c)
tasawwuf
berasal dari istilahyang dikonotasikan dengan ahl as-suffah (اهل
الصفة), yaitu orang-orang yang ditin[1]ggal
di suatu kamar disamping masjid nabi di madinah
d)
tasawwuf
berasal dari kata ‘sophos’. Kata teersebut berasal dari Yunani yang berarti
‘hikmah’.
e)
tasawwuf
berasal dari kata ‘shaf’(صف). Makna shaf dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika sholat
selalu berada di shaf paling depan.
f)
kata tashawwuf berkaitan dengan kata (الصفة) karena para sufi sangat mementingkan
sifat-sifat terpuji dan berusaha keras meninggalkan sifat-sifat tercela.
g)
tasawwuf
berasal dari kata ‘shaufanah’, yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang
berbulu-bulu, dan banyak tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dimana pakaian
kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaannya.1
2.
Pengertian
Tashawwuf Secara Istilah
Secara istilah,
baik menurut kalangan sufi (pengamal ajaran tasawwuf) maupun para pengamat,
istilah ‘tasawwuf’ memiliki arti berbeda-beda sesuai dengan pengalaman
spiritual dan pengamatan masing-masing.
Menurut Ibrahim
Basyuni, seperti yang dikutip M. Syatoiri,[2]
walaupun bermacam-macam, Definisi tersebut bisa dikelompokkan dalam dua
kelompok, yaitu definisi dari segi Al-bidayah dan Al-Mudafah.
a.
Definisi yang
terjadi karena dasar (البداية)
Manusia dengan
fitrahnya tidak akan menguasai seluruh hakikat. Hal tersebut karena dibalik
seluruh hakikat ada hakikat yang paling agung dan dapat menguasai seluruh
hakikat. Oleh karena itu banyak orang yag memberikan definisi tasawuf
berdasarkan pada fitrahnya, diantaranya sebagai berikut.
a)
Abu husein
an-nuri (w. 272 H)
Sufiah adalah kelompok kaum yang memiliki hati bersih dari segala
keburukan yang dibuat manusia dan bersih dari penyakit batin serta bebas dari
segala bentuk sahwat, sehingga mereka berada dibarisan yang peertama dan
mendapat derajat yang tinggi serta kebenaran.
b)
Al-junaidi (w. 296 H)
Tasawuf
adalah menyucikan hati sehingga tidak ditimpa suatu kelemahan, menjauhi akhlak
alamiyah, melenyapkan sifat kemanusiaa,
dan menjauhi segala keinginan nafsu.
a)
Dzun al-mishri
(w. 245H)
Sufi adalah orang
yang tidak menyusahkan bagi dirinya dari segala permintaannya, juga tidak
menyusahkan dirinya dari ketiadaan.
b.
Definisi dari
segi dirasakan (المدافة)
Tasawuf dari
segi ini, yaitu orang yang sudah memasuki dunia sufi harus menggerakkan jiwa
pada kegiata-kegiatan tertentu
untuk mendapatkan suatu perasaan yang berhubungan dengan wujud tuhan yang
mutlak atau kehidupan rohani yang berusaha mendekatkan diri kepada tuhan dengan
berbagai cara seperti memperbanyak amalan. Dari pengertian diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa tasawuf adalah pembersihan diri. Dengan kata lain
tasawuf merupakan suatu perpindahan kehidupan, yaitu dari kehidupan kebendaan
pada kehiduupan kerohanian.
c.
Definisi dari
segi kesungguhan ((الجا
هدة.
Definisi Taswuuf secara Jahidah mulai mengadakan pendekatan secara ilmiah
dengan cara memperindah diri melalui pengalaman agama dalam
fadhilah-fadilahnya.
Atas
dasar-dasar alamiahnya ini, banyak yang memberikan ta’rif tasawuf, di
antaranya sebagai berikut.
a) Al-Kanani
Taswauf adalah
akhlak maka barang siapa yang bertambah akhlaknya, maka bertambah pula
kesuciannya.
b) An-Nuri
Tasawuf
bukanlah lukisan atau ilmu, tetapi akhlak. Bila merupakan lukisan, tasawuf akan
dapat dicapai dengan dasar kesungguhan.
Bila merupakan ilmu, tasawuf akan dapat
dicapai dengan belajar. Akan tetapi,
tasawuf hanya akan dapat dicapai melalui akhlak, yaitu akhlak Allah. Pada diri
seseorang tidak akan dapat diterima akhlak yang bersifat ketuhanan bila melalui
ilmu dan lukisan.
c) Sahal bin Abdillah
Tasawuf adalah
menyedikitkan makan, sungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah, dan lari
dari manusia.
Tasawuf bertujuan memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari
Tuhan.hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran bahwa
manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak
komonikasi dan dialog antara roh manusia dengan tuhan. Dengan demikian,dapat
dipahami bahwa tasawuf adalah ilmu yang mempelajari suatu cara agar seseorang
dapat mudah berada di hadirat Allah SWT. Gerakan ‘kejiwaan’ penuh dirasakan
untuk memikirkan dengan sungguh-sungguh suatu hakikat kontak hubungan yang
mampu menelaah informasi dari Tuhannya.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tasawuf adalah
pembersihan diri. Dengan kata lain, tasawuf merupakan suatu perpindahan kehidupan,
yaitu dari kehidupan kebendaan pada kehidupan kerohanian.[3]
B.
Dasar-dasar/sumber-sumber
Qurani Tasawwuf.
Untuk
memperjelas dan memperkuat bahwa tasawuf dalam islam tumbuh dan berkembang dari
sumber pokok ajaran islam sendiri.
Dalam hal
inilah, Tasawuf pada awal pembetukannya adalah akhlak atau keagamaan, dan moral
keagamaan ini banyak diatur dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jellas, sumber
pertamanya adalah ajaran-ajaran Islam sebab tasawwuf ditimba dari Al-Qur’an,
As-Sunnah, dan amalan-amalan, serta ucapan para sahabat. Amalan dan ucapan para
sahabat itu tentu saja tidak keluar dari ruang lingkup Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dengan begitu, justru dua sumber utama tasawuf adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah
itu sendiri.[4]
Berikut ini
akan dikemukakan ayat-ayat al-qur’an dan landasan hadits (as-sunnah) yang
menjadi landasan semua tahapan (maqamat) dan keadaan (akhwal) para sufi
tersebut:
·
Tentag
penggemblangan jiwa (Mujahadah An-Nafs), Allah SWT. Berfirman yang
artinya :
“dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka
jala-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. (Q.S. Al-Ankabut [29]: 69)”
·
Dalam sebuah
hadits Qudsi Allah SWT. Berfirman,
“sangat pantas bila seseorang hamba
senantaisa mendekatakn diri kepada-Ku
Melalui amalan-amalan sunat sehingga
Aku mencintainya. Bila mencintainya, jadilah Aku pendengarnya yang dia pakai
untuk melihat, dan lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, dan tangannya dia
dipakai untuk mengepal, dan kakinya yang dia pakai untuk berusaha, maka
dengan-Ku-lah, dia mendengar, melihat, berbicara, berpikir, meninjau, dan
berjalan.”[5]
Ibni al-Jauzi dan Ibnu Khaldun secara garis besar kehidupan kerohanian dalam islam terbagi menjadi dua,
yakni zuhud dan tasawuf.
Hanya saja diakui bahwa keduanya merupakan isltilah baru, sebab keduanya belum ada pada masa Nabi Muhammad SAW. Dan tidak terdapat dalam Al-Qur’an, kecuali Zuhud yang
disebut sekali dalam
surah Yusuf (ayat
20).
Istilah popular
pada masa beliau ialah sahabat sebagai panggilan kehormatan bagi pengikutnya. Mereka adalah
orang-orang yang terhindar dari sikap sirik dan pola kehidupan Jahiliyah, selalu mendengar dan meresapi
Al-qur’an. Ketika beliau bersama para sahabatnya hijrah ke Madinah, maka ada istilah baru muncul, yaitu Muhajir dan Anshar.
Muhajir berarti suatu
orang yang berpindah dari Mekah ke Madinah sedang Anshar suatu julukan bagi orang Madinah
yang memberi pertolongan kepada mereka tadi.
Ketika islam berkembang dan banyak orang yang memeluk Islam, dan
terjadi perkembangan strata sosial, maka muncul istilah baru dikalangan
sahabat, yakni, Qurra’ (ahli pembaca Al-Qur’an), ‘Ahl Al-Shuffa ‘serta
‘Fuqara’. Pada masa Khulafaur-Rasyidin ketiga yang pertama, istilah ‘Qurra’
sebagai panggilan bagi pengkaji
Al-qur’an. Kemudian masa Khalifah keempat, muncul istilah “Mu’tazilah” sebagai pertanda bagi
orang yang menghindarkan diri dari pertikaian antara Ali dan lawan-lawannya. Mereka berada di rumahnya masing-masing untuk konsentrasi menjalankan ibadah dan diantara mereka ada
yang mengasingkan diri kegua-gua.
Ketika itu muncul istilah
“Ubbad (Ahli Ibadah)” dan bersamaan dengan itu muncul istilah “Khawarij” bagi
orang yang keluar dari barisan Ali ra. Meraka itu semua kelompok zuhud yang umumnya disebut ‘Qurra’.
Setelah kematian Ali dan Husain, muncul orang-orang yang merasa dirinya banyak dosa sehingga selalu bertaubat kepada
Allah SWT, mereka ini disebut Tawwabin. Ada
pula kelompok yang
selalu meratapi kesusahan dan kepedihannya, mereka ini disebut Qash-shash ( pendongeng),
Nussak (ahli Ibadah), Rabbaniyah (ahli ketuhanan) dan sebagainya.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa sejarah Islam ditandai dengan peristiwa tragis,
yakni pembunuhan terhadap diri Khalifah ketiga,
Utsman Ibnu Affan ra. Dari
peristiwa itu secara berantai menjadi kekacauan dan kerusakan Akhlak. Hal ini menyebabkan shahabat-shahabat yang masih ada, dan
pemuka-pemuka Islam yang mau berfikir, berikhtiar membangkitkan kembali ajaran
Islam, kembali ke masjid (I’tikaf), kembali mendengarkan kisah-kisah mengenai
keindahan hidup zuhud dan sebagainya. Inilah benih Tasawuf yang paling awal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas maka dapat kami simpulkan bahwa Tasawuf adalah menyucikan hati sehingga tidak
ditimpa suatu kelemahan, menjauhi akhlak alamiyah, melenyapkan sifat kemanusiaa, dan menjauhi segala
keinginan nafsu.
Dari
dasar-dasar qur’ani Tasawuf pada awal pembetukannya adalah Akhlak atau
keagamaan, dan moral keagamaan ini banyak diatur dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Jellas, sumber pertamanya adalah ajaran-ajaran Islam sebab tasawwuf ditimba
dari Al-Qur’an, As-Sunnah, Sejarah munclnya tasawuf dalam kehidupan (dalam
islam) bahwa sejarah Islam ditandai dengan peristiwa tragis, yakni pembunuhan
terhadap diri Khalifah ketiga, Utsman Ibnu Affan ra. Dari peristiwa itu secara
berantai menjadi kekacauan dan kerusakan Akhlak., semuanya berikhtiar
membangkitkan kembali ajaran Islam, kembali ke masjid (I’tikaf), mendengarkan
kisah-kisah mengenai keindahan hidup zuhud dan sebagainya (benih awal tasawuf).
B.
Saran
Dari
berbagai penjelasan makalah diatas kita bisa mengambil manfaat dalam kehidupan
kita sehari-hari, yakni dengan selalu berserah diri kepada Allah yang maha
mencipta segalanya alam semesta ini dengan cara mensyukuri nikmat-nikmat yang
telah diberikan-NYA, sabar atas segalah hal yang menimpa kita, rida terhadap
apa yang terjadi, saling mencintai yang satu sama lain dengan tidak menyimpang
dari norma-norma agama dan sebagainya, agar hidup kita bisa tentram dan damai.
DAFTAR PUSTAKA
Musthafa, H.A. 2002. Akhlak Tasawuf.
Bandung : PUSTAKA SETIA
Syatori, M. 1991. Tasawuf. Bandung ;
IAIN Sunan Gunung Gjati Fakultas Ushuluddin.
Darsono, H. Drs. Dkk. 2006. Tonggak
Sejarah Kebudayaan Islam. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
[4] Lihat Abi Nashr
As-Siraj Ath-Thusi. Al-Luma’. Di-tahqiq oleh Abdul Halim Mahmud
dan Thaha Abd Baqi Surur. Mesir: Dar Al-Kutub Al-Haditsah dan Maktabah
Al-Mutsanna Baghdad. 1960. hlm . 6.
Tag :
pendidikan
0 Komentar untuk "Pengertian Akhlaq Tasawuf, Sumber-sumber Qurani Tasawuf, Sejarah Lahirnya atau Munculnya Tasawuf "