Hai sahabat pembaca! makalah dibawah ini adalah tentang Pengertian Peserta Didik. makalah tersebut sangat penting untuk kita
ketahui bersama. khususnya mahasiswa yang sedang menempuh perkuliahan. semoga
dengan di sharenya makalah ini akan menjadi manfaAt bagi orang banya. selamat
membaca!
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
peserta didik
Peserta
didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun
psikologis untuk mencapai pendidikannya melalui lembaga pendidikan. Peserta
didik merupakan subyek dan obyek. Oleh karenanya , aktivitas kependidikan tidak
akan terlaksana tanpa keterlibatan peserta didik di dalamnya.
Dalam paradigm pendidikan islam, peserta
didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi
(kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik
merupakan makhluk allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum
mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada
bagian-bagian lainnya. Dan segi rohaniah, ia memiliki bakat memeiliki kehendak,
perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu di kembangkan
Melalui paradigm di atas menjelaskan
bahwa peserta didik merupakan subjek dan obyek pendidikan yang memerlukan
bimbingan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan.
Potensi suatu kemampuan dasar yang dimilikinya tidak akan tumbuh dan berkembang
secara optimal tanpa bimbingan pendidik.[1]
Dari berbagai pengertian dan berbagai
istilah di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan orang-orang
yang sedang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan maupun arahan dari
orang lain. Untuk menentukan jenis peserta didik, maka tidak dapat terlepas
dari jenis-jenis atau bentuk-bentuk pendidikan. Secara umum, bentuk pendidikan
dibagi menjadi dua yaitu pendiddikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.
Pendidikan sekolah merupakan lembaga pendididikan formal sementara pendidikan
luar sekolah mengambil bentuk dalam pendidikan informal dan pendidikan
nonformal.
1. Pendidikan formal
Pendidikan
formal, yaitu pendidikan yang dasar, isi, metode dan alat-alatnya disusun
secara eksplisit, sistematis, dandistandardisasikan. Pendidikan formal ini
diselenggarakan di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan yang bersifat
akademis. Sementara usia peserta didik di suatu jenjang relative homogen,
khususnya pada jenjang-jenjang permulaan. Pendidikan formal ini diselenggarakan
mulai dari taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi (Joesoef, 1992:
100).
2.
Pendidikan
Informal
Pendidikan informal, yaitu pendidikan
yang diperoleh seorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar sejak seseorang lahir sampai meninggal dunia, dalam dunia, pekerjaan,
pengalaman sehari-hari.
3.
Pendidikan
non-formal
Pendidikan
yang teratur dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan
yang tetap dan ketat. Tugas dari pendidikan non formal ialah membentuk kualitas
dan martabat sebagai individu dan warga negara yang dengan kemampuan dan
kepercayaan pada diri sendiri harus dapat mengendalikan perubahan dan kemajuan.
Pendidikan non formal dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan
syarat-syarat tertentu, serta dapat dilakukan dimana saja. Selain itu,
pendidikan nonformal dalam waktu yang singakat dapat digunakan untuk melatih
tenaga kerja yang dibutuhkan. Pendidikan non formal dapat berbentuk
kursus-kursus dan sebagainya (Joesoef, 1992; 79-86).[2]
B. Sifat-sifat Dan Kode
Etik Peserta Dalam Pendidikan Islam
Sifat-sifat
dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya
dalam proses belajar mengajar, baik secara lengsung maupun tidak langsung.
Al-Ghazali yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman. Merumuskan sebelas pokok
kode etik peserta didik, yaitu:
1. Belajar
dengan niat ibadah dalam rangaka taqarrub kepada Allah SWT, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik di tuntut untuk menyucikan jiwanya dari
akhlak yang tercela dan mengisi dengan akhlak yang terpuji.
2. Mengurangi
kecendrungan pada duniawi dibandingkan
masalah ukhrawi. Artinya, belajar tak semata mata untuk mendapatkan pekerjaan, tapi
juga belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan
yang tinggi, baik di hadapan manusia dan Allah SWT.
3. Bersikap
tawaddlu’ dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan
pendidiknya. Sekalipun ia cerdas tapi ia bijak dalam menggunakan kecerdasan itu
pada pendidiknya termasuk juga bijak pada teman-temannya yang IQ-nya lebih
rendah.
4. Menjaga
pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia fokus
dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan mendalam dalam belajar.
5. Mempelajari
ilmu-ilmu yang terpuji baik untuk ukhrawi maupun duniawi sertameninggalkan
ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah). Ilmu terpuji dapat mendekatkan diri kepada
allah sementara ilmu tercela akan menjauhkan dirinya dan mendatangkan
permusuhan antar sesamanya.
6. Belajar
dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah menuju
pelajaran yang sukar atau dari ilmu yang fardlu ‘ain menuju ilmu yang fardlu
kifayah
7. Belajar
ilmu saampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya sehingga
peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengtahuan secara mendalam. Dalam
konteks ini spesialisasi jurusan diperlukan agar peserta didik memiliki
keahlian dan kompetensi khusus.
8. Mengenal
nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari sehingga mendatangkan
objektivitas dalam memandang suatu masalah.
9. Memprioritaskan
ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai makhluk Allah SWT sebelum
memasuki ilmu duniawi.
10. Mengenal
nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu yang bemanfaat
dapat membahagiakan, menyejahterakan, serta member keselamatan hidup dunia
akhirat.
11. Peserta
didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit
terhadap dokternya, mengikuti segala prosedur dan metode mazhab yang diajarkan
oleh pendidik-pendidik umumnya, serta diperkenankan bagi peserta didik untuk
mengikuti kesenian yang baik.[3]
C. Kebutuhan Peserta Didik
Semua
hal yang sangat perlu juga diperhatikan oleh seorang pendidik dalam membimbing
peserta didik adalah kebutuhan mereka. Al-Qussy membagi kebutuhan manusia dalam
dua kebutuhan pokok yaitu:
a. Kebutuhan
primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum, seks, dan sebagainya.
b. Kebutuhan
sekunder, yaitu kebutuhan rohaniah.
Selanjutnya
ia membagi kebutuhan rohaniah kepada beberapa macam, yaitu:
a. Kebutuhan
kasih sayang
b. Kebutuhan
akan rasa aman
c. Kebutuhan
akan rasa harga diri
d. Kebutuhan
akan rasa bebas
e. Kebutuhan
akan sukses
f. Kebutuhan
akan sesuatu kekuatan atau pengendalian diri manusia, seperti pengetahuan lain
yang ada pada setiap manusia berakal.
Selanjutnya
Law Head, membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
a. Kebutuhan
jasmani seperti makan, minum, kesehatan dan lain-lain.
b. Kebutuhan
rohani, seperti kasih sayang, rasa aman, penghargaan, belajar, menghubungkan
diri dengan dunia yang lebih luas, mengaktualiasikan dirinya dan lain-lain.
c. Kebutuhan
yang menyangkut jasmani rohani, seperti istirahat, rekreasi, butuh supaya
potensi-potensi fisik dapat dikembangkan semaksimal mungkin, butuh agar setiap
usaha pekerjaan sukses.
d. Kebutuhan
social seperti supaya dapat diterima oleh temannya secara wajar, supaya
diterima oleh orang yang lebih tinggi seperti orang tuanya, guru-gurunya dan
pemimpin-pemimpinnya, seperti kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi.
e. Kebutuhan
yang lebih tinggi sifatnya, merupakan tuntutan rohani yang mendalam yaitu:
kebutuhan untuk meningkatkan diri yaitu kebutuhan terhadap agama.
Kutipan
di atas menunjukan bahwa kebutuhan yang paling esensi adalah kebutuhan terhadap
agama. Agama dibutuhkan manusia karena
memerlukan orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu,
tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan agama.[4]
D. Pengaruh Lingkungan
Terhadap Peserta Didik
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia (peserta didik). I dapat
berupa manusia seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, sungai, laut, udara
dan sebagainya. Bahkan selain itu ada pula sesuatu yang berda di luar diri
manusia yang tidak tampak oleh manusia, tapi keberadaannya pasti. Golongan ini
meliputi jin dan malaikat.
Diantara
lingkungan tersebut, ada yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan
peserta didik, yaitu lingkungan keluarga, teman dan setan. Ketiga lingkungan
ini sering mewarnai kehidupan peserta didik. Hal ini perlu diketahui pendidik
agar dapat menentukan sikap dan bertindak sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
1.
Orang
tua
Orang
tua adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta didik. Hal itu dimungkinkan karena merekalah yang
paling awal bergaul dengan anaknya, paling dekat dalam berkomunikasi dan paling
banyak menyediakan waktu untuk anak terutama ketika ia masih kecil. Tidak sulit
dipahami apabila orang tua memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan
anaknya.
2. Pengaruh Teman
Teman
sangat berarti bagi setiap manusia, dari anak-anak sampai orang tua baik
laki-laki maupun perempuan, baik yang kaya maupun yang miskin, baik orang baik
maupun tidak baik. Semuanya membutuhkan teman. Rasanya kebahagiaan ini tidak
lengakap apabila tidak memiliki taman. Buktinya ketika gembira, orang
membutuhkan teman dan pada waktu sedih, orang jugamembutuhkan teman atau
sahabat. Teman itu bervariasi. Kadang-kadang teman itu membawa berkah, rezeki,
dan kebahagiaan. Akan tetapi, perlu juga
hati-hati karena banyak juga orang yang rusak bahkan sengsara karena teman. Dengan
demikian, teman ada yang baik dan ada pula yang jelek, teman yang baik inilah
yang diidam idamkan karena ia mendatangakan kebaikan, sebaliknya teman yang
tidak baik perlu dihindari karena sering membawa mala petaka.
3. Pengaruh Setan
Dalam
Al-qur’an dikemukakan bahwa setan telah banyak menghancurkan manusia, mulai
dari manusia pertama sampai sekarang bahkan sampai manusia di akhir zaman. Paling
tidak terdapat 113 kata yang berarti setan dalam al-qur’an, diantaranya adalah:
1. Menggoda
adam dan hawa sehingga keduanya dikeluarkan dari surge (QS. Al-baqarah (2): 36;
2. Musuh
yang nyata bagi manusia (QS. Al-baqarah (2): 168);
3. Menyuruh
manusia berbuat jahat dan keji (QS. Al baqarah (2); 169);
4. Mengelularkan
manusia dari cahaya kepada kegelapan (Al-baqarah (2): 257);
5. Menakut-nakuti
manusia (QS. Ali Imran (3); 175);
6. Menyesatkan
manusia sejauh-jauhnya (QS. An-Nisa’(4): 60);
7. Mendorong
manusia agar bermusuh-musuhan (QS. Al- Ma’idah (5): 91);
8. Membisikan
pikiran jahat kepada mamnusia (QS. Al- A’raf (7): 20);
9. Menipu
manusia. (QS. Al-A’raf (7): 27);[5]
KESIMPULAN
Peserta
didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologis
untuk mencapai pendidikannya melalui lembaga pendidikan. Peserta didik
merupakan subyek dan obyek. Oleh karenanya , aktivitas kependidikan tidak akan
terlaksana tanpa keterlibatan peserta didik di dalamnya. bentuk pendidikan
dibagi menjadi dua yaitu pendiddikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.
Pendidikan sekolah merupakan lembaga pendididikan formal sementara pendidikan
luar sekolah mengambil bentuk dalam pendidikan informal dan pendidikan
nonformal.
Sifat-sifat
dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya
dalam proses belajar mengajar, baik secara lengsung maupun tidak langsung.
Al-Ghazali yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman. Merumuskan sebelas pokok
kode etik peserta didik.
Semua
hal yang sangat perlu juga diperhatikan oleh seorang pendidik dalam membimbing
peserta didik adalah kebutuhan mereka. Al-Qussy membagi kebutuhan manusia dalam
dua kebutuhan pokok yaitu:
a. Kebutuhan
primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum, seks, dan sebagainya.
b. Kebutuhan
sekunder, yaitu kebutuhan rohaniah.
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia (peserta didik). Ia dapat
berupa manusia seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, sungai, laut, udara
dan sebagainya. Bahkan selain itu ada pula sesuatu yang berda di luar diri
manusia yang tidak tampak oleh manusia, tapi keberadaannya pasti. Golongan ini
meliputi jin dan malaikat. Diantara lingkungan tersebut, ada yang memiliki
pengaruh besar dalam perkembangan peserta didik, yaitu lingkungan keluarga, teman
dan setan. Ketiga lingkungan ini sering mewarnai kehidupan peserta didik.
DAFTAR RUJUKAN
Arif, Arifuddiin, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: GP Press Group, 2008).
Salim,
Haitami, & Kurniawan, Syamsul, Studi
Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012).
Ramayulis, & Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:
Kalam Mulia, 2009).
Mujib,Abdul,
Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2006).
Umar,
Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Amzah, 2011).
[2] Haitami
Salim,&Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu
Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-ruzz
Media 2012), h,166
Tag :
pendidikan
0 Komentar untuk "Pengertian Peserta Didik"